Extremely high ambient temperature

Extremely high ambient temperature may cause heat stress, which considerably impacts production and reproduction in dairy cattle. In heat-stressed dairy cows, the reduction of dry matter intake causes an energy deficit, thereby accentuating NEBAL. In addition, reduced rumination and/or absorption of nutrients together with increased maintenance requirements also result in a net decrease of dry material/energy intake. Heat stress may also have a direct impact on oocyte quality due to the high ovarian temperatures. The intrauterine environment is also compromised in heat-stressed cows, with reduced blood flow to the uterus and increased uterine temperature; this may impair embryonic development, increase early embryonic loss and reduce the proportion of successful inseminations. During the hot summer period, poor expression of estrus, a rapid decrease in pregnancy rate and a pronounced increase of late embryonic loss (LEL) are common.
Based on the assessment of ~68,000 samples for serum pregnancy PSPB concentration and re-checking the pregnant cows by transrectal palpation, the rate of pregnant samples (RPS) decreased while LEL increased (Figure 5) parallel to the rise of daily average temperature [36].

Results (Indonesian) 2:

Sangat suhu lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan stres panas, yang jauh dampak produksi dan reproduksi pada sapi perah. Pada sapi perah panas menekankan, pengurangan asupan bahan kering menyebabkan defisit energi, sehingga menonjolkan NEBAL. Selain itu, mengurangi ruminasi dan / atau penyerapan nutrisi bersama-sama dengan peningkatan kebutuhan perawatan juga mengakibatkan penurunan bersih asupan bahan / energi kering. Stres panas juga dapat berdampak langsung pada kualitas oosit karena suhu ovarium tinggi. Lingkungan intrauterin juga terganggu pada sapi panas-stres, dengan berkurangnya aliran darah ke rahim dan suhu rahim meningkat; ini dapat mengganggu perkembangan embrio, meningkatkan hilangnya embrio awal dan mengurangi proporsi inseminasi sukses. Selama periode musim panas, ekspresi miskin estrus, penurunan cepat dalam tingkat kehamilan dan peningkatan diucapkan akhir kerusakan embrio (LEL) yang umum.
Berdasarkan penilaian dari ~ 68.000 sampel untuk konsentrasi PSPB kehamilan serum dan re-memeriksa hamil sapi oleh palpasi transrectal, tingkat sampel hamil (RPS) menurun sedangkan LEL meningkat (Gambar 5) sejajar dengan kenaikan suhu rata-rata harian [36].