The great value and potential of th

The great value and potential of the teak forests in Blora led colonial and
contemporary forestry agencies to cordon off some 44% of Blora District
(kabupaten) as forest; by the end of the nineteenth century, all the state forest lands
in this district had been rendered into forest districts with management plans.
After the Indonesian revolution ended in 1949, colonial forest laws for Java and
Madura were translated into Indonesian and re-legislated in virtually the same
prewar terms. The Basic Agrarian Law of 1960, which governed private lands and
land for development gave no jurisdictional authority to agrarian land authorities
over political forest lands (Kawasan Hutan). The Basic Forestry Act of 1967
established a national Indonesian forest estate for the first time and the Forest Laws
governed control of, access to, and management of the forest lands. This territorial
division of authority within the Indonesian state over these two important categories
of land control and use during the colonial period has underlain many of the land
disputes in Java since.

Results (Indonesian) 1:

Nilai yang besar dan potensi hutan jati di Blora dipimpin kolonial danbadan Kehutanan kontemporer untuk cordon off beberapa 44% Kabupaten Blora(kabupaten) sebagai hutan; pada akhir abad kesembilan belas, Semua hutan negara tanahdi distrik ini telah diterjemahkan ke dalam hutan Kabupaten dengan rencana manajemen.Setelah revolusi Indonesia berakhir pada tahun 1949, hukum-hukum kolonial hutan untuk Java danMadura diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan kembali menunjuk hampir samasyarat-syarat sebelum perang. Dasar hukum agraria 1960, yang diatur partikelir danTanah untuk pembangunan memberikan kekuasaan yurisdiksi tidak kepada tanah agraria yang berwenangatas tanah hutan politik (Kawasan Hutan). Undang-undang dasar Kehutanan tahun 1967ditetapkan estate nasional hutan Indonesia untuk pertama kalinya dan hukum hutandiatur kontrol, akses ke, dan manajemen hutan tanah. Wilayah iniDivisi otoritas dalam negara Indonesia atas kedua kategori pentingTanah kontrol dan digunakan selama masa kolonial telah dilengkapi banyak tanahsengketa di Jawa sejak.

Results (Indonesian) 2:

Nilai besar dan potensi hutan jati di Blora dipimpin kolonial dan
lembaga-lembaga kehutanan kontemporer untuk mengepung beberapa 44% dari Kabupaten Blora
(kabupaten) sebagai hutan; pada akhir abad kesembilan belas, semua lahan hutan negara
di Kabupaten ini telah diterjemahkan ke kabupaten hutan dengan rencana pengelolaan.
Setelah revolusi Indonesia berakhir pada tahun 1949, undang-undang kehutanan kolonial untuk Jawa dan
Madura yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan re-undangkan di hampir sama
istilah sebelum perang. Dasar Hukum Agraria tahun 1960, yang diatur lahan pribadi dan
tanah untuk pengembangan tidak memberikan kewenangan yurisdiksi kepada pihak berwenang tanah agraria
atas tanah hutan politik (Kawasan Hutan). Dasar Kehutanan Act of 1967
menetapkan kawasan hutan nasional Indonesia untuk pertama kalinya dan Hutan Hukum
kontrol diatur, akses ke, dan pengelolaan lahan hutan. Ini wilayah
pembagian wewenang dalam negara Indonesia lebih dari dua kategori penting
dari penguasaan tanah dan digunakan selama masa kolonial telah didasari banyak tanah
sengketa di Jawa sejak.