confused pharmacopoeial substances

confused pharmacopoeial substances with other substances,
but also forgot to mention phytopharmaceuticals at all.
Only one exception was made in 1991 as a consequence
of its prohibition in Germany, which led to the product
being banned from the Brazilian market as well (Petrovick
et al., 1999): the plant Symphytum officinale, widely used
for oral administration, contains the toxic pyrrolizidine
alkaloids mentioned above. This unacceptable situation
was improved by the Ministry of Health Ruling MS/
GM, which established guidelines for the National Health
Surveillance System (SNVS) in 1994 on the basis of WHO
recommendations (Piovesan & Labra, 2007; WHO, 1991;
1995; World Health Organization Research Office for the
Western Pacific 1993). A revised proposal was incorporated
into directive n. 6, issued by SVS in 1995 to regulate the
registration procedure for phytopharmaceutical products
in Brazil (Petrovick et al., 1999).

Results (Indonesian) 2:

zat farmakope bingung dengan zat lain,
tetapi juga lupa menyebutkan phytopharmaceuticals sama sekali.
Hanya satu pengecualian dibuat pada tahun 1991 sebagai konsekuensi
dari larangan di Jerman, yang menyebabkan produk
yang dilarang dari pasar Brasil juga (Petrovick
et al. 1999): tanaman Symphytum officinale, banyak digunakan
untuk pemberian oral, berisi pyrrolizidine beracun
alkaloid yang disebutkan di atas. Situasi yang tidak dapat diterima ini
diperbaiki oleh Departemen Kesehatan Hukum MS /
GM, yang didirikan pedoman untuk Kesehatan Nasional
Sistem Surveillance (SNVS) pada tahun 1994 atas dasar WHO
rekomendasi (Piovesan & Labra, 2007; WHO, 1991;
1995; Kesehatan Dunia organisasi Kantor Penelitian untuk
Pasifik Barat 1993). Sebuah proposal direvisi didirikan
dalam direktif n. 6, yang dikeluarkan oleh SVS pada tahun 1995 untuk mengatur
prosedur pendaftaran untuk produk phytopharmaceutical
di Brasil (Petrovick et al., 1999).