Coercive PowerCoercive power is a p

Coercive Power
Coercive power is a person’s ability to influence others’ behavior by punishing them or by creating a perceived threat to do so. For example, employees may comply with a manager’s directive because of fear or threat of punishment. Typical organizational punishments include reprimands, undesirable work assignments, withholding key information, demotion, suspension, or dismissal. Coercive power has negative side effects and should be used with caution, because it tends to result in negative feelings toward those who use it.
The availability of coercive power varies from one organization and manager to another. Most organizations now have clearly defined policies on employee treatment. Clearly defined rules and procedures that govern how coercive power is used prevent superiors from using their legitimate power (formal authority) arbitrarily and unethically. The presence of unions also can weaken coercive power considerably. One need not be in a position of authority, however, to possess coercive power. Employees also have coercive power, including the use of sarcasm and fear of rejection, to ensure that team members conform to group norms. Many organizations rely on the coercive power of team members to control employee behavior.

Results (Indonesian) 1:

Kekuatan pemaksaKekuatan pemaksa adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain oleh menghukum mereka atau membuat ancaman untuk melakukannya. Sebagai contoh, karyawan dapat mematuhi direktif manajer karena takut atau ancaman hukuman. Hukuman organisasi khas termasuk teguran, tugas kerja yang tidak diinginkan, menahan informasi penting, penurunan pangkat, suspensi atau pemecatan. Kekuatan pemaksa memiliki efek samping negatif dan harus digunakan dengan hati-hati, karena cenderung untuk menghasilkan perasaan negatif terhadap orang-orang yang menggunakannya.Ketersediaan kekuatan pemaksa bervariasi dari satu organisasi dan manajer lain. Kebanyakan organisasi sekarang telah jelas didefinisikan kebijakan pada karyawan pengobatan. Jelas peraturan dan prosedur yang mengatur bagaimana kekuatan pemaksa digunakan mencegah atasan dari menggunakan kuasa sah mereka (kewenangan formal) sewenang-wenang dan unethically. Keberadaan Serikat pekerja juga dapat melemahkan kekuatan pemaksa jauh. Satu tidak perlu menjadi dalam posisi kekuasaan, namun, memiliki kekuatan pemaksa. Karyawan juga memiliki kekuatan pemaksa, termasuk penggunaan sarkasme dan takut ditolak, untuk memastikan bahwa anggota tim sesuai dengan norma-norma kelompok. Banyak organisasi bergantung pada kekuatan anggota tim untuk mengontrol perilaku karyawan.

Results (Indonesian) 2:

Koersif Kekuatan
koersif listrik adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain dengan menghukum mereka atau dengan menciptakan ancaman untuk melakukannya. Misalnya, karyawan dapat mematuhi arahan manajer karena takut atau ancaman hukuman. Hukuman organisasi khas termasuk teguran, tugas kerja yang tidak diinginkan, pemotongan informasi penting, penurunan pangkat, skorsing, atau pemecatan. Kekuasaan koersif memiliki efek samping negatif dan harus digunakan dengan hati-hati, karena cenderung menghasilkan perasaan negatif terhadap orang-orang yang menggunakannya.
Ketersediaan kekuasaan koersif bervariasi dari satu organisasi dan manajer yang lain. Sebagian besar organisasi sekarang memiliki kebijakan yang jelas tentang pengobatan karyawan. Aturan yang jelas dan prosedur yang mengatur bagaimana kekuasaan koersif digunakan mencegah atasan dari menggunakan kekuatan mereka yang sah (kewenangan formal) sewenang-wenang dan tidak etis. Kehadiran serikat juga dapat melemahkan kekuasaan koersif jauh. Orang tidak perlu berada dalam posisi otoritas, namun, untuk memiliki kekuatan koersif. Karyawan juga memiliki kekuasaan koersif, termasuk penggunaan sarkasme dan takut ditolak, untuk memastikan bahwa anggota tim sesuai dengan norma-norma kelompok. Banyak organisasi bergantung pada kekuasaan koersif anggota tim untuk mengendalikan perilaku karyawan.