Discussion and conclusionThe results of this study have underlined the translation - Discussion and conclusionThe results of this study have underlined the Indonesian how to say

Discussion and conclusionThe result

Discussion and conclusion
The results of this study have underlined the influence of
peat soil and land cover distribution on fire activity in
insular Southeast Asia. Fire activity was not only
concentrated on peatlands, but fires in peatlands were
shown to be larger than fires in mineral soils. In addition,
the results revealed highly different fire regimes in the
peatlands of the two biggest islands in insular Southeast
Asia, Sumatra and Borneo. These differences were attrib-
uted to more intensive land management in the peatlands of
Sumatra. Together, the abovementioned findings enabled
us to characterize the major trends of fire regime distri-
bution in this region.
The three major fire regimes considered in this study
(small-holder burning, large-scale land clearance and
wildfires; Fig.
1
) manifested themselves very differently
depending on the general weather conditions of the year. In
a wet year, the dominant large-scale fire regime was
deliberate land clearance burning, and it took place espe-
cially in the peatlands of Sumatra. This result is supported
by earlier findings on the use of fire in this region (Bowen
et al.
2001
; Chokkalingam et al.
2006
; Dennis et al.
2005
).
Peatlands are considered to be particularly affected since
they are currently the main target of large-scale land con-
version activities in insular Southeast Asia and fire is still
widely used as a land preparation method in peatland areas
(Simorangkir
2006
). This type of large-scale land clearance
burning takes place annually in the extent that weather
conditions permit. It currently occurs particularly in
Sumatra due to more intensive peatland management
(Miettinen and Liew
2010
).
Large-scale wildfires, on the other hand, were practically
absent in the La Nin
̃
a year of 2008 due to ample rainfall.
However, when El Nin
̃
o conditions arose in 2009, especially
the degraded peatlands of Borneo experienced widespread
wildfire activity. The results of this study, thereby, con-
firmed earlier findings on the high fire vulnerability of degraded ecosystems in dry years (Cochrane
2001
; Rieley
and Page
2005
; Siegert et al.
2001
). This has a fundamental
effect on fire activity in Borneo, where peatland areas are
nowadays dominated by unmanaged and degraded land-
scape (Miettinen and Liew
2010
). The impact of wildfires is
smaller in Sumatra due to more intensive land management.
Regardless of the fact that large-scale wildfires do not take
place annually, they form a key fire regime in insular
Southeast Asia and gather high amount of media attention
especially during periodically occurring haze episodes.
0/5000
From: -
To: -
Results (Indonesian) 1: [Copy]
Copied!
Diskusi dan kesimpulanHasil penelitian ini telah menggarisbawahi pengaruhTanah Gambut dan tanah meliputi distribusi pada aktivitas api diInsular Southeast Asia. Aktivitas api tidak hanyaberkonsentrasi pada lahan gambut, tapi kebakaran di lahan gambut yangterbukti lebih besar dari kebakaran di tanah mineral. Sebagai tambahanHasilnya menunjukkan rezim-rezim api sangat berbeda dilahan gambut pulau terbesar kedua di insular SoutheastAsia, Sumatra dan Borneo. Perbedaan-perbedaan ini adalah attrib-uted untuk pengelolaan lahan yang lebih intensif di lahan gambut dariSumatera. Bersama-sama, temuan tersebut diaktifkankita untuk menandai tren utama api rezim gıtcem-Bution di wilayah ini.Tiga besar api rezim dianggap dalam studi ini(pemegang kecil terbakar, clearance tanah berskala besar dankebakaran hutan; Ara.1) termanifestasi sangat berbedatergantung pada kondisi cuaca umum tahun. Dalamsetahun basah, rezim api skala besar yang dominan adalahTanah disengaja clearance terbakar, dan ia mengambil tempat ' ESPE '-manusia menjadi sangat di lahan gambut Sumatera. Hasil ini didukungoleh sebelumnya temuan pada penggunaan api di wilayah ini (Bowenet al.2001; Chokkalingam et al.2006; Dennis et al.2005).Lahan gambut dianggap sangat terpengaruh sejakmereka sedang sasaran utama tanah berskala besar mem-Versi kegiatan di picik Asia Tenggara dan api masihbanyak digunakan sebagai metode persiapan lahan di lahan gambut(Simorangkir2006). Jenis tanah berskala besar clearancepembakaran terjadi setiap tahun di sejauh bahwa cuacakondisi izin. Saat ini terjadi terutama dalamSumatra karena lebih intensif Manajemen lahan gambut(Miettinen dan Liew2010).Kebakaran hutan berskala besar, di sisi lain, yang praktisabsen di La Nin ̃tahun 2008 karena curah hujan yang cukup.Namun, ketika El Nin ̃o kondisi muncul di tahun 2009, terutamamengalami degradasi lahan gambut Kalimantan berpengalaman luasaktivitas kebakaran. Hasil ini belajar, dengan demikian, mem-temuan-temuan awal yang tetap pada tinggi api kerentanan ekosistem rusak tahun kering (Cochrane2001; Rieleydan halaman2005; Siegert et al.2001). Ini memiliki yang mendasarefek pada aktivitas api di Kalimantan, dimana lahan gambut adalahsaat ini didominasi oleh land unmanaged dan rusak-Scape (Miettinen dan Liew2010). Dampak kebakaran hutanlebih kecil di Sumatera karena pengelolaan lahan yang lebih intensif.Terlepas dari kenyataan bahwa kebakaran hutan berskala besar tidak mengambiltempat setiap tahunnya, mereka membentuk sebuah rezim kunci api di picikAsia Tenggara dan mengumpulkan banyak perhatian mediaterutama selama secara berkala terjadi kabut episode.
Being translated, please wait..
Results (Indonesian) 2:[Copy]
Copied!
Diskusi dan kesimpulan
Hasil penelitian ini telah menggarisbawahi pengaruh
tanah gambut dan distribusi tutupan lahan pada aktivitas kebakaran di
Asia Tenggara pulau. Aktivitas kebakaran tidak hanya
terkonsentrasi pada lahan gambut, namun kebakaran di lahan gambut yang
terbukti lebih besar dari kebakaran di tanah mineral. Selain itu,
hasil mengungkapkan rezim api yang sangat berbeda di
lahan gambut dari dua pulau terbesar di pulau Tenggara
Asia, Sumatera dan Kalimantan. Perbedaan ini attrib-
usikan untuk pengelolaan lahan yang lebih intensif di lahan gambut di
Sumatera. Bersama-sama, temuan tersebut di atas memungkinkan
kita untuk mencirikan tren utama dari rezim api distri-
bution di wilayah ini.
Tiga rezim utama kebakaran dipertimbangkan dalam penelitian ini
(kecil-pemegang pembakaran, pembersihan lahan skala besar dan
kebakaran hutan; Gambar.
1
) diwujudkan sendiri sangat berbeda
tergantung pada kondisi cuaca umum tahun. Dalam
satu tahun basah, dominan rezim api skala besar adalah
disengaja pembersihan lahan terbakar, dan itu berlangsung espe-
secara resmi di lahan gambut Sumatera. Hasil ini didukung
oleh temuan sebelumnya pada penggunaan api di wilayah ini (Bowen
et al.
2001
; Chokkalingam et al.
2006
; Dennis et al.
2005
).
Lahan Gambut yang dianggap sangat terpengaruh karena
mereka saat ini target utama skala besar tanah con-
kegiatan versi di Asia Tenggara pulau dan api masih
banyak digunakan sebagai metode penyiapan lahan di lahan gambut
(Simorangkir
2006
). Jenis skala besar pembukaan lahan
pembakaran terjadi setiap tahun di sejauh bahwa cuaca
kondisi memungkinkan. Saat ini terjadi khususnya di
Sumatera karena lebih pengelolaan lahan gambut intensif
(Miettinen dan Liew
2010
).
Kebakaran hutan skala besar, di sisi lain, yang praktis
absen di La Nin
tahun 2008 karena curah hujan yang cukup. Namun, ketika El nin o kondisi muncul pada tahun 2009, terutama lahan gambut terdegradasi dari Borneo mengalami meluas aktivitas api. Hasil penelitian ini, dengan demikian, con- menguat temuan sebelumnya pada kerentanan api tinggi dari ekosistem yang terdegradasi di musim kemarau (Cochrane 2001 ; Rieley dan PT 2005 ;. Siegert et al 2001 ). Ini memiliki fundamental berpengaruh pada aktivitas kebakaran di Kalimantan, di mana lahan gambut yang saat ini didominasi oleh unmanaged dan terdegradasi lahan scape (Miettinen dan Liew 2010 ). Dampak dari kebakaran hutan adalah lebih kecil di Sumatera karena pengelolaan lahan yang lebih intensif. Terlepas dari fakta bahwa kebakaran hutan skala besar tidak mengambil tempat setiap tahun, mereka membentuk sebuah rezim api utama di pulau Asia Tenggara dan mengumpulkan jumlah tinggi perhatian media terutama selama berkala terjadi episode kabut.























Being translated, please wait..
 
Other languages
The translation tool support: Afrikaans, Albanian, Amharic, Arabic, Armenian, Azerbaijani, Basque, Belarusian, Bengali, Bosnian, Bulgarian, Catalan, Cebuano, Chichewa, Chinese, Chinese Traditional, Corsican, Croatian, Czech, Danish, Detect language, Dutch, English, Esperanto, Estonian, Filipino, Finnish, French, Frisian, Galician, Georgian, German, Greek, Gujarati, Haitian Creole, Hausa, Hawaiian, Hebrew, Hindi, Hmong, Hungarian, Icelandic, Igbo, Indonesian, Irish, Italian, Japanese, Javanese, Kannada, Kazakh, Khmer, Kinyarwanda, Klingon, Korean, Kurdish (Kurmanji), Kyrgyz, Lao, Latin, Latvian, Lithuanian, Luxembourgish, Macedonian, Malagasy, Malay, Malayalam, Maltese, Maori, Marathi, Mongolian, Myanmar (Burmese), Nepali, Norwegian, Odia (Oriya), Pashto, Persian, Polish, Portuguese, Punjabi, Romanian, Russian, Samoan, Scots Gaelic, Serbian, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovak, Slovenian, Somali, Spanish, Sundanese, Swahili, Swedish, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turkish, Turkmen, Ukrainian, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnamese, Welsh, Xhosa, Yiddish, Yoruba, Zulu, Language translation.

Copyright ©2025 I Love Translation. All reserved.

E-mail: