Freidrichs also noted the role of r

Freidrichs also noted the role of race and social class. Pruitt-Igoe was originally intended to be two separately located public housing projects: one for white residents and one for black residents. When the location for the white development fell through, the city planned to build segregated complexes on the same plot. It was only following the Supreme Court’s 1954 ruling in Brown v. Board of Education that Pruitt-Igoe was planned as an integrated project. Although white tenants lived in Pruitt-Igoe when it first opened, the tenant population of Pruitt-Igoe was almost entirely black by the mid-1960s.

Results (Indonesian) 1:

Freidrichs juga mencatat peran ras dan kelas sosial. Pruitt-Igoe awalnya dimaksudkan untuk menjadi dua terpisah terletak proyek-proyek perumahan umum: satu untuk penduduk putih dan satu hitam penduduk. Ketika lokasi untuk pengembangan putih jatuh, kota berencana untuk membangun kompleks terpisah di plot sama. Itu hanya mengikuti Mahkamah Agung 1954 berkuasa di Brown v. Dewan Pendidikan Pruitt-Igoe direncanakan sebagai proyek terpadu. Meskipun putih penyewa tinggal di Pruitt-Igoe ketika pertama kali dibuka, populasi penyewa Pruitt-Igoe adalah hampir sepenuhnya hitam oleh pertengahan 1960-an.

Results (Indonesian) 2:

Freidrichs juga mencatat peran ras dan kelas sosial. Pruitt-Igoe awalnya ditujukan untuk menjadi dua secara terpisah terletak proyek perumahan rakyat: satu untuk warga kulit putih dan satu untuk warga kulit hitam. Ketika lokasi untuk pengembangan putih jatuh melalui, kota yang direncanakan untuk membangun kompleks terpisah pada plot yang sama. Itu hanya mengikuti Mahkamah Agung 1954 berkuasa di Brown v. Dewan Pendidikan yang Pruitt-Igoe direncanakan sebagai proyek terpadu. Meskipun penyewa putih tinggal di Pruitt-Igoe ketika pertama kali dibuka, penduduk penyewa dari Pruitt-Igoe hampir seluruhnya hitam dengan pertengahan 1960-an.