While haemostasis is key to surviva

While haemostasis is key to survival of wounds a correct balance between coagulation and fibrinolysis is essential to both survive and minimise the consequence of many diseases. Thus haemophilia has been treated for many years with preparations that contain the deficient coagulation factors and peripheral thrombosis with anticoagulants such as heparin. It proved possible to intervene early in many cases of stroke and myocardial infarction with fibrinolysis towards the end of the twentieth century and the preventive role of therapeutic anticoagulation in non valvular atrial fibrillation has been defined in the same period. Indeed in the early twenty first century therapeutic advance continued with better definition of risk benefit of antifibrinolytics agents such as tranexamic acid so use became routine in major trauma, while use of aprotinin decreased markedly.

Results (Indonesian) 1:

Sementara akhirnya diikuti adalah kunci untuk kelangsungan hidup luka keseimbangan yang tepat antara koagulasi dan fibrinolisis penting untuk bertahan hidup dan meminimalkan konsekuensi dari banyak penyakit. Dengan demikian haemophilia telah dirawat selama bertahun-tahun dengan persiapan yang mengandung faktor koagulasi kekurangan dan perifer trombosis dengan antikoagulan seperti heparin. Itu terbukti mungkin untuk campur tangan awal dalam banyak kasus stroke dan infark miokard dengan fibrinolisis menjelang akhir abad kedua puluh dan peran preventif terapeutik seimbang fibrilasi atrium bebas katup sudah didefinisikan pada periode yang sama. Memang di awal abad dua puluh satu muka terapeutik dilanjutkan dengan definisi yang lebih baik manfaat risiko antifibrinolytics agen seperti asam tranexamic jadi gunakan menjadi rutin pada trauma utama, sementara penggunaan aprotinin menurun tajam.

Results (Indonesian) 2:

Sementara hemostasis adalah kunci untuk kelangsungan hidup luka keseimbangan yang benar antara koagulasi dan fibrinolisis sangat penting untuk kedua bertahan dan meminimalkan konsekuensi dari banyak penyakit. Jadi hemofilia telah dirawat selama bertahun-tahun dengan persiapan yang mengandung faktor koagulasi kekurangan dan trombosis perifer dengan antikoagulan seperti heparin. Hal ini terbukti mungkin untuk intervensi awal dalam banyak kasus stroke dan infark miokard dengan fibrinolisis menjelang akhir abad kedua puluh dan peran preventif antikoagulan terapi pada fibrilasi atrium non katup telah ditetapkan pada periode yang sama. Memang pada awal muka terapi dua puluh abad pertama dilanjutkan dengan definisi yang lebih baik dari manfaat risiko agen antifibrinolitik seperti asam traneksamat sehingga penggunaan menjadi rutin dalam trauma utama, sedangkan penggunaan aprotinin menurun tajam.