The first stage was representation,

The first stage was representation, in which representatives from each region of a country came together and formed a “representative assembly”. Typically, this group consisted of socially/economically powerful men from each region of the country (e.g. nobles, clergy, merchants). At first, the representative assembly merely served as an advisory body to the monarch.
The second stage was empowerment, when the representative assembly attained real political power. Empowerment was achieved when a significant amount of the monarch’s power shifted to the representative assembly. This initially occurred in England, where Parliament gradually wrested power from the English monarch.
Once these two stages are completed, a representative government is in place. It is not a democratic government, however, unless the representatives are elected by the country’s adult citizenry. Thus, only with the expansion of suffrage was representative government transformed into representative democracy.

Results (Indonesian) 2:

Tahap pertama adalah representasi, di mana perwakilan dari masing-masing wilayah suatu negara datang bersama-sama dan membentuk "perakitan perwakilan". Biasanya, kelompok ini terdiri dari laki-laki secara sosial / ekonomi yang kuat dari masing-masing wilayah negara (misalnya bangsawan, pendeta, pedagang). Pada awalnya, majelis perwakilan hanya menjabat sebagai badan penasehat untuk raja.
Tahap kedua adalah pemberdayaan, saat majelis perwakilan mencapai kekuasaan politik yang nyata. Pemberdayaan dicapai ketika sejumlah besar kekuasaan raja itu bergeser ke majelis perwakilan. Ini awalnya terjadi di Inggris, di mana Parlemen secara bertahap mengambil alih kekuasaan dari raja Inggris.
Setelah dua tahap ini selesai, pemerintah perwakilan di tempat. Ini bukan sebuah pemerintahan demokratis, namun, kecuali wakil yang dipilih oleh warga dewasa di negara itu. Dengan demikian, hanya dengan perluasan hak pilih adalah pemerintahan perwakilan berubah menjadi demokrasi perwakilan.