MethodologyThe burnt area mapping a

Methodology
The burnt area mapping algorithm has been developed using a supervised classification
approach based on classification trees. The classification tree model is
described in detail in Breiman et al. (1984) (CART model). Previous work showed
that classification trees are a powerful alternative to traditional supervised classification
methodologies, such as maximum likelihood, for land cover mapping (Hansen
et al. 1996). Hansen et al. (2000) used a classification trees approach to produce a
global land cover map at 1 km spatial resolution from AVHRR imagery. Simard
et al. (2000) developed a tree classifier for the classification of the Japanese Earth
Observing Satellite (JERS-1) Synthetic Aperture Radar (SAR) mosaic over the
African tropical forest. In the field of burnt area mapping, Pereira et al. (2000)
derived a tree classifier to map burnt surfaces in Western Europe and Central Africa.

Results (Indonesian) 1:

MetodologiDaerah dibakar pemetaan algoritma telah dikembangkan menggunakan klasifikasi diawasipendekatan berdasarkan klasifikasi pohon. Klasifikasi pohon modeldijelaskan secara rinci di Breiman et al. (1984) (keranjang model). Pekerjaan sebelumnya yang menunjukkanklasifikasi pohon yang alternatif yang kuat untuk klasifikasi diawasi tradisionalmetodologi, seperti kemungkinan maksimum, tanah menutupi pemetaan (Hansenet al, 1996). Hansen et al. (2000) menggunakan klasifikasi pohon pendekatan untuk menghasilkanpeta global tanah penutup pada resolusi spasial 1 km dari citra AVHRR. Simardet al. (2000) dikembangkan classifier pohon untuk klasifikasi bumi JepangMengamati satelit (Darioloan-1) sintetis Aperture Radar (SAR) mosaik atasHutan tropis Afrika. Di bidang pemetaan daerah dibakar, Pereira et al. (2000)berasal classifier pohon untuk memetakan permukaan yang dibakar di Eropa Barat dan Afrika Tengah.

Results (Indonesian) 2:

Metodologi
Algoritma pemetaan daerah yang terbakar telah dikembangkan menggunakan klasifikasi terbimbing
pendekatan berdasarkan pohon klasifikasi. Model pohon klasifikasi yang
dijelaskan secara rinci dalam Breiman et al. (1984) (model CART). Penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa pohon klasifikasi merupakan alternatif yang kuat untuk tradisional diawasi klasifikasi
metodologi, seperti kemungkinan maksimum, untuk pemetaan tutupan lahan (Hansen
et al. 1996). Hansen et al. (2000) menggunakan pendekatan pohon klasifikasi untuk menghasilkan
peta tutupan lahan global pada resolusi 1 km spasial dari AVHRR citra. Simard
et al. (2000) mengembangkan classifier pohon untuk klasifikasi Jepang Earth
Observing Satellite (JERS-1) Synthetic Aperture Radar (SAR) mosaik selama
hutan tropis Afrika. Di bidang pemetaan daerah yang terbakar, Pereira et al. (2000)
berasal classifier pohon untuk memetakan permukaan dibakar di Eropa Barat dan Afrika Tengah.