My father told us what Hidayatullah

My father told us what Hidayatullah had said. He then wrote a letter to the Daily Azadi, our local
newspaper. ‘To the Fedayeen of Islam [or Islamic sacrificers], this is not the right way to implement
Islam,’ he wrote. ‘Please don’t harm my children because the God you believe in is the same God
they pray to every day. You can take my life but please don’t kill my schoolchildren.’ When my father
saw the newspaper he was very unhappy. The letter had been buried on an inside page and the editor
had published his name and the address of the school, which my father had not expected him to do.
But lots of people called to congratulate him. ‘You have put the first stone in standing water,’ they
said. ‘Now we will have the courage to speak

Results (Indonesian) 1:

ayah saya mengatakan kepada kami apa yang dikatakan hidayatullah. ia kemudian menulis surat kepada azadi harian,
koran lokal kami. 'To Fedayeen islam [atau sacrificers islamic], ini bukan cara yang tepat untuk menerapkan
islam, "tulisnya. 'Jangan merugikan anak-anak saya karena Tuhan anda percaya adalah dewa yang sama
mereka berdoa setiap hari. Anda dapat mengambil hidup saya tapi tolong jangan membunuh anak-anak sekolah saya.'Ketika ayahku
melihat koran ia sangat bahagia. surat itu telah dimakamkan di halaman dalam dan editor
telah menerbitkan nama dan alamat sekolah, yang ayah saya tidak mengharapkan dia untuk melakukan.
tetapi banyak orang menelepon untuk mengucapkan selamat. "Anda telah meletakkan batu pertama dalam genangan air," kata mereka
. "Sekarang kita akan memiliki keberanian untuk berbicara

Results (Indonesian) 2:

Ayahku mengatakan kepada kami apa yang dikatakan Hidayatullah. Ia kemudian menulis surat kepada Bill harian, lokal kami
koran. ' Ke Fedayeen Islam [atau sacrificers Islam], ini bukanlah cara yang tepat untuk melaksanakan
Islam,' ia menulis. ' Harap tidak membahayakan anak-anak saya karena Allah yang Anda percaya adalah Tuhan yang sama
mereka berdoa setiap hari. Anda dapat mengambil hidup saya tapi tolong jangan membunuh anak-anak sekolah saya.' Ketika ayahku
melihat koran dia merasa bahagia. Surat telah dikuburkan di dalam halaman dan editor
telah menerbitkan nama dan alamat sekolah, yang ayah saya tidak diharapkan dia untuk lakukan
tapi banyak orang menelepon untuk mengucapkan selamat. 'Anda telah meletakkan batu pertama dalam air berdiri,' mereka
berkata. ' Sekarang kita akan memiliki keberanian untuk berbicara