Results (
Indonesian) 2:
[Copy]Copied!
menyarankan bahwa ini "asing" minat Flores Barat mulai proses penciptaan
dari wilayah yang sekarang dikenal sebagai kabupaten Manggarai. Bagian pertama dari ini
penciptaan "Manggarai" ada hubungannya dengan penamaan nya. Penduduk asli Manggarai
disebut rumah mereka sebagai "nuca Laie" '? "Pulau yang Lale 'pohon" (Artocarpus
el? stica), yang kulit kayu digunakan untuk membuat kain. Memang bahkan nama ini mungkin telah
secara tidak langsung dirangsang oleh kontak eksternal, karena satu orang Manggarai menyarankan bahwa Lale
'digunakan juga sebagai pewarna, dan produk yang menarik bagi pedagang asing.
Nama
"Manggarai", di sisi lain, dikatakan nama yang diberikan ke tanah oleh Bima.
"Mangga rai" di Bima rupanya berarti, "jangkar berjalan". Salah satu cerita mengatakan
bagaimana, bila pembuluh Bima pertama berusaha mendarat di sepanjang pantai utara di Reo [k], yang
jangkar tertangkap oleh arus. Orang yang melemparkan jangkar berteriak "Mangga rel"
6J.AJ. Verheijen, Manggarai Dan Wujud Tertinggi (Jakarta: LIPI-RUL, 1991), p. 24. Verheijen
menunjukkan berbagai kosakata di hari ini bahasa Manggarai yang dipinjam dari
Makassar. Terutama kata-kata yang berhubungan dengan kekuasaan dan diferensiasi status, terutama
kata keraeng- "mulia", serta kata-kata yang berhubungan dengan teknologi tenun dan
kuda-kembali naik berasal dari bahasa ini. Pada awal abad ke tujuh belas Goanese
Raja masuk Islam, dan berdasarkan kurangnya kosa kata Islam dalam penggunaan Manggarai, Verheijen
menunjukkan ini mungkin menunjukkan bahwa pengaruh Goanese di Manggarai mendahului konversi. Namun
juga mungkin menunjukkan kurangnya kedalaman Goanese Islam pada saat itu.
7J. Noorduyn, "Makasar dan Islamisasi Bima", Bijdragen tot de Taal-, Landen Volkenkunde
143 (1987): 314-19; Leonard Y. Andaya, The Heritage of Arung Palakka: Sebuah Sejarah Selatan
Sulawesi (Celebes) di abad ketujuhbelas (The Hague: Martinus Nijhoff, 1981), p. 35.
catatan 8The, yang menceritakan tentang Bima Kesultanan, ditulis dalam aksara Arab, tetapi dalam bahasa Melayu
bahasa, yang disimpan oleh Bp. H. Ahmad di Bima. Sebuah transkripsi disimpan di perpustakaan KITLV di
Leiden, tidak ada. Atau. 506. Referensi Manggarai yang diberikan sebagai hadiah dari Sultan Goa ke
Sultan Bima dapat ditemukan pada halaman 23 dari transkripsi ini.
9
Andaya, The Heritage of Arung Palakka, p. 101; WP Coolhaas, "Bijdrage tot de kennis van
het volk Manggaraische (Flores Barat)", Tijdscrift van het Koninklijk Nederlandsch Aardrijkskundig
59 (1942): 163; Lawang, "Stratifikasi Sosial Di Cancar Manggarai Flores Barat-" (Ph.D. diss.,
Universitas Indonesia, 1989), p. 137.
10Andaya, The Heritage of Arung Palakka, p. 217; W. van Bekkum, "Geschiedenis van Manggarai
(Flores Barat) Todo en Pongkor.", Cultereel Indie 8 (1946): 68; HB Stapel, "Het Manggaraische
Volk", Tijdschrift voor Taal, Land en Volkenkunde 56 (1914): 150.
11. Coolhaas, "Bijdrage tot de kennis van het volk Manggaraische", pp 163-65;
Lawang,
"Stratifikasi Sosial Di Cancar", hlm 137-40.; C. Nooteboom, "Enkele feiten uit de Geschiedenis van
Manggarai (Flores Barat)", Bingkasan Budi (Leiden, 1950), hlm. 207-214.
Konten ini didownload dari 202.94.83.198 pada Wed, 16 Sep 2015 07:49:02 UTC
Semua penggunaan
Being translated, please wait..
