Despite its lack of success in coun

Despite its lack of success in countries across the globe, scientific or sustained yield forestry remains the dominant discourse in tropical forestry. The main concern of this paper is to provide a conceptualisation of the inherent technological difficulties in sustained yield technology. In doing so, the paper goes to the heart of the debate surrounding the construction of scientific knowledge and the nature of technological development. The examples used are from Peninsular Malaysia and the East Malaysian state of Sarawak. However, the issue of science and the politics of scientific knowledge production, as well as the contingent nature of technological development, have more general applicability. Moreover, the examples from Malaysia may be equally useful in countries that are similarly mired, in coping with the effects of forest resource ‘development’. Our contention in this paper is that sustained yield categories, such as the annual allowable cut, emerge from a whole network of assumptions and negotiations that are both social and technical. Since scientific categories are often under-determined, they are subject to contestation. The paper ends by outlining the way in which sustained yield knowledge claims are being contested by forces encapsulated under the umbrella of sustainable forest management

Results (Indonesian) 1:

Meskipun karena kurangnya sukses di negara-negara di seluruh dunia, ilmiah atau diterima hasil Kehutanan tetap wacana dominan di hutan tropis. Perhatian utama dari makalah ini adalah untuk memberikan konseptualisasi kesulitan teknologi yang melekat dalam teknologi hasil diterima. Dalam melakukannya, karya pergi ke jantung kota perdebatan seputar pembangunan ilmu pengetahuan dan sifat pengembangan teknologi. Contoh-contoh yang digunakan berasal dari Semenanjung Malaysia dan negara bagian Malaysia Timur Sarawak. Namun, masalah ilmu pengetahuan dan politik pengetahuan ilmiah produksi, serta sifat kontingen perkembangan teknologi, memiliki penerapan lebih umum. Selain itu, contoh-contoh dari Malaysia mungkin sama berguna di negara yang adalah terperosok demikian pula, dalam mengatasi efek dari sumber daya hutan 'pembangunan'. Kami pertikaian dalam makalah ini adalah bahwa hasil diterima kategori, seperti tebang tahunan, muncul dari seluruh jaringan asumsi dan negosiasi yang baik sosial dan teknis. Karena kategori ilmiah sering di bawah-ditentukan, mereka dikenakan pertikaian yang berkepanjangan. Karya berakhir dengan menguraikan cara di mana hasil diterima klaim pengetahuan yang sedang diperebutkan oleh pasukan dikemas di bawah payung pengelolaan hutan lestari

Results (Indonesian) 2:

Meskipun kurangnya keberhasilan di negara-negara di seluruh dunia, ilmiah atau berkelanjutan hasil kehutanan tetap wacana dominan dalam hutan tropis. Perhatian utama dari makalah ini adalah untuk memberikan konseptualisasi kesulitan teknologi yang melekat dalam teknologi hasil berkelanjutan. Dalam melakukannya, kertas pergi ke jantung perdebatan seputar pembangunan pengetahuan ilmiah dan sifat pengembangan teknologi. Contoh yang digunakan adalah dari Semenanjung Malaysia dan negara bagian Malaysia Timur Sarawak. Namun, isu ilmu pengetahuan dan politik produksi pengetahuan ilmiah, serta sifat kontingen perkembangan teknologi, memiliki penerapan yang lebih umum. Selain itu, contoh-contoh dari Malaysia mungkin juga berguna di negara-negara yang sama terperosok, dalam mengatasi efek dari sumber daya hutan 'pembangunan'. pertengkaran kami dalam makalah ini adalah bahwa kategori hasil yang berkelanjutan, seperti jatah tebangan tahunan, muncul dari seluruh jaringan asumsi dan negosiasi yang baik sosial dan teknis. Sejak kategori ilmiah sering di bawah-ditentukan, mereka tunduk pada kontestasi. Makalah ini berakhir dengan menguraikan cara di mana berkelanjutan hasil klaim pengetahuan sedang diperebutkan oleh pasukan dikemas di bawah payung pengelolaan hutan lestari