The traditional notion of classific

The traditional notion of classification in the library environment arose from
concentration on printed materials and their arrangement within a physical space.
However, in the world of digital documents, “there is no shelf” (Shirky, 2005).
Classification relies on a more descriptive element (Broughton, 2006), i.e. the subject
allocation (Langridge, 1992) that will aid information retrieval. The scale of documents
available on the web suggests the need for an automated approach to the task. As the
web document corpus increases, the need for relevancy and precision in recall grows
proportionately.

Results (Indonesian) 1:

Gagasan tradisional klasifikasi di lingkungan Perpustakaan muncul darikonsentrasi bahan cetakan dan penyusunan mereka dalam ruang fisik.Namun, dalam dunia dokumen digital, "ada tidak ada rak" (Shirky, 2005).Klasifikasi bergantung pada unsur yang lebih deskriptif (Broughton, 2006), yaitu subjekalokasi (Langridge, 1992) yang akan membantu pencarian informasi. Skala dokumentersedia di web menunjukkan perlunya pendekatan yang otomatis untuk tugas. Sebagaimeningkatkan web dokumen corpus, kebutuhan untuk relevansi dan ketepatan dalam ingat tumbuhsecara proporsional.

Results (Indonesian) 2:

Gagasan tradisional klasifikasi di lingkungan perpustakaan muncul dari
konsentrasi pada materi cetak dan pengaturan mereka dalam ruang fisik.
Namun, dalam dunia digital dokumen, "tidak ada rak" (Shirky, 2005).
Klasifikasi bergantung pada lebih deskriptif elemen (Broughton, 2006), yaitu subjek
alokasi (Langridge, 1992) yang akan membantu pencarian informasi. Skala dokumen
yang tersedia di web menunjukkan perlunya pendekatan otomatis untuk tugas itu. Sebagai
dokumen web corpus meningkat, kebutuhan untuk relevansi dan ketepatan dalam mengingat tumbuh
secara proporsional.