When the children of dust undertook

When the children of dust undertook that structure that menaced the clouds—the
Tower of Babel—, then the pleasure-cup of confusion was poured out over them,
their families and dialects were transplanted in divers regions of the earth; and
there came into being a thousand languages according to the climate and the
customs of a thousand nations.... Thus transformed itself this plant—human
speech—according to the soil that nourished it and the celestial air that drenched
it: it became a Proteus among the nations.
In this intellectual tradition, landscape and language were inextricable. The idea grew out
of the commonplace observation that people whose lives were circumscribed by their
home territories used speech features identifiable as indigenous to their region. That is
probably still true, but the numbers of such people whose lives are so circumscribed, a
majority in Herder’s day, have dwindled to a miniscule, statistically insignificant
minority today.
Some years after systematic dialectology was well established, the rise of synchronic
linguistics deflected attention from the historical bent of the Neogrammarians and their
heirs, but region retained its primacy as a determinant of dialect variation. Saussure, the
most perspicacious linguist of the day, enshrined it as an axiom in the discipline when he
declared: “geographical separation is still the most general force in linguistic diversity”
([1916] 1966: 193).

Results (Indonesian) 1:

Ketika anak-anak dari debu melakukan struktur yang menaced awan —Menara Babel —, kemudian kesenangan-cangkir kebingungan dicurahkan atas mereka,Keluarga dan dialek transplantasi di daerah penyelam bumi; danada datang menjadi ada seribu bahasa menurut iklim danadat bangsa-bangsa seribu... Dengan demikian berubah tanaman ini — manusiapidato — menurut tanah yang dipelihara dan udara surgawi yang basah kuyupitu: menjadi Proteus antara bangsa-bangsa.Dalam tradisi intelektual, lanskap dan bahasa yang inextricable. Ide tumbuh keluarPengamatan Umum bahwa orang-orang yang hidupnya telah dibatasi oleh merekawilayah rumah digunakan fitur pidato diidentifikasi sebagai adat ke wilayah mereka. Yaitumungkin masih benar, tetapi jumlah orang-orang yang hidupnya sangat dibatasi,mayoritas di Herder's hari, telah menyusut ke miniscule, secara statistik tidak signifikanminoritas hari ini.Beberapa tahun setelah sistematis dialektologi baik didirikan, munculnya synchroniclinguistik dibelokkan perhatian dari kecenderungan historis dari Neogrammarians dan merekaahli waris, tetapi wilayah dipertahankan dengan keutamaan sebagai penentu dialek variasi. Saussure,ahli bahasa yang paling perspicacious hari, diabadikan ini sebagai aksioma dalam disiplin ketika iamenyatakan: "geografis pemisahan adalah masih yang paling umum berlaku dalam keanekaragaman linguistik"([1916] 1966: 193).

Results (Indonesian) 2:

Ketika anak-anak debu melakukan yang struktur yang diancam the-awan yang
Menara Babel-, maka kenikmatan-cup kebingungan dicurahkan atas mereka,
keluarga dan dialek mereka ditransplantasikan di penyelam daerah bumi; dan
ada muncul menjadi seribu bahasa sesuai dengan iklim dan
kebiasaan seribu negara .... demikian mengubah dirinya ini tanaman-manusia
pidato-menurut tanah yang dipelihara dan udara langit yang basah kuyup
itu: itu menjadi Proteus antara bangsa-bangsa.
Dalam tradisi intelektual ini, lanskap dan bahasa yang tak terpisahkan. Ide tumbuh
dari pengamatan biasa bahwa orang-orang yang hidupnya dibatasi oleh mereka
wilayah rumah digunakan pidato fitur diidentifikasi sebagai adat untuk wilayah mereka. Yang
mungkin masih benar, tetapi jumlah orang tersebut yang hidupnya begitu dibatasi, sebuah
mayoritas di hari Herder ini, telah menyusut ke miniscule, secara statistik tidak signifikan
minoritas hari ini.
Beberapa tahun setelah dialektologi sistematis mapan, munculnya sinkronis
linguistik dibelokkan perhatian dari membungkuk sejarah Neogrammarians dan mereka
ahli waris, tetapi wilayah mempertahankan keunggulan sebagai penentu variasi dialek. Saussure, yang
ahli bahasa yang paling tajam pikiran hari, diabadikan sebagai aksioma dalam disiplin ketika ia
menyatakan: "pemisahan geografis masih merupakan kekuatan yang paling umum dalam keberagaman bahasa"
([1916] 1966: 193).