The interwar period witnessed the r

The interwar period witnessed the rise of fascism in various European states (including Italy and Germany), as well as Japan. Shortly into the war, these three nations signed a pact of alliance. Japan had spent the interwar period pursuing aggressive imperialism in China, including the seizure of Manchuria (a large region of northeast China). China and Japan were thus already at war when World War II began, such that China found itself among the Allies.3
In the prewar period of Nazi government (1933-39), German Jews suffered vicious discrimination, including the boycotting of Jewish businesses and banishment of Jews from the civil service. This escalated into the outright destruction of synagogues and Jewish businesses, Jews being forced to live in concentration camps and ghettos (walled, gated neighbourhoods), and physical attacks on Jews. By the time World War II began, thousands of Jews had already been killed. During the war, the Nazi government committed the holocaust: the mass murder and enslavement of Jews and other persecuted groups. Six million Jews died in the holocaust, as well as many gypsies, homosexuals, the physically and mentally disabled, and political dissidents.5

Results (Indonesian) 1:

Periode antar-perang menyaksikan bangkitnya fasisme di berbagai negara Eropa (termasuk Italia dan Jerman), serta Jepang. Segera menjadi perang, bangsa-bangsa ini tiga menandatangani Pakta Aliansi. Jepang telah menghabiskan periode antar-perang mengejar agresif imperialisme di Cina, termasuk penyitaan Manchuria (daerah Timur Laut Cina yang besar). Cina dan Jepang sudah demikian perang ketika Perang Dunia II dimulai, sehingga Cina menemukan dirinya di antara Allies.3Dalam periode sebelum perang Nazi pemerintah (1933-39), Jerman Yahudi mengalami diskriminasi kejam, termasuk memboikot Yahudi bisnis dan penyingkiran Yahudi dari pelayanan sipil. Ini meningkat menjadi langsung penghancuran rumah-rumah ibadat dan bisnis Yahudi, orang-orang Yahudi yang dipaksa untuk tinggal di kamp-kamp konsentrasi dan Ghetto (pemukiman berdinding, gated), dan serangan fisik pada orang Yahudi. Pada saat Perang Dunia II dimulai, ribuan orang Yahudi sudah dibunuh. Selama perang, pemerintah Nazi berkomitmen holocaust: pembunuhan massal dan perbudakan orang Yahudi dan dianiaya kelompok. Enam juta orang Yahudi tewas dalam holocaust, serta banyak Gipsi, homoseksual, secara fisik dan mental Cacat, dan dissidents.5 politik

Results (Indonesian) 2:

Periode antar menyaksikan kebangkitan fasisme di berbagai negara Eropa (termasuk Italia dan Jerman), serta Jepang. Tak lama dalam perang, tiga negara tersebut menandatangani pakta aliansi. Jepang telah menghabiskan periode antar mengejar imperialisme agresif di China, termasuk penyitaan Manchuria (wilayah besar timur laut Cina). China dan Jepang dengan demikian sudah berperang ketika Perang Dunia II dimulai, sehingga Cina menemukan dirinya di antara Allies.3
Pada periode sebelum perang pemerintahan Nazi (1933-1939), Yahudi Jerman mengalami diskriminasi setan, termasuk memboikot bisnis Yahudi dan pembuangan orang Yahudi dari layanan sipil. Ini meningkat menjadi penghancuran langsung dari rumah-rumah ibadat dan bisnis Yahudi, orang-orang Yahudi dipaksa untuk hidup di kamp-kamp konsentrasi dan ghetto (berdinding, lingkungan terjaga keamanannya), dan serangan fisik pada orang Yahudi. Pada saat Perang Dunia II dimulai, ribuan orang Yahudi sudah tewas. Selama perang, pemerintah Nazi berkomitmen holocaust: pembunuhan massal dan perbudakan Yahudi dan kelompok dianiaya lainnya. Enam juta orang Yahudi tewas dalam bencana, serta banyak gipsi, homoseksual, orang cacat fisik dan mental, dan dissidents.5 politik