The two plantations were formerly c

The two plantations were formerly coconut (Cocos
nucifera) plantations integrated with cocoa (Theobroma
cacao). The areas were converted to teak plantations in
April 1994 and agroforestry concepts were implemented
to fully utilize the areas. During land preparation, most of
the old coconut and cocoa stumps were completely
removed and the remaining debris buried in the soil. Most
of the coconut stems were placed in rows and burned
while quality stems were extracted for public utility. Both
the areas are low-lying and the soil locally known as
Bernam series (Eutric Gleysols) consists of a cambic
horizon and an aquic moisture regime (FAO/UNESCO,
1974). This soil was developed from marine clay by
drainage. One-year-old teak seedlings were obtained from
the Forest Research Institute Malaysia (FRIM) and
planted at 2.5m x 2.5m spacing in both plantations.
Drainage ditches were made using an excavator by
digging a row for water outlet per two planting lines in
plantation A and a row for water outlet per three planting
lines in plantation B.

Results (Indonesian) 1:

dua perkebunan dulunya kelapa (cocos nucifera
) perkebunan terintegrasi dengan kakao (theobroma cacao
). daerah yang dikonversi menjadi perkebunan jati di
April 1994 dan konsep agroforestry yang diterapkan
untuk sepenuhnya memanfaatkan daerah. selama persiapan lahan, sebagian besar
kelapa dan kakao tunggul tua benar-benar
dihapus dan puing-puing yang tersisa terkubur di dalam tanah. kebanyakan
kelapa batang ditempatkan dalam baris dan dibakar
sementara kualitas batang diekstraksi untuk utilitas publik. keduanya
daerah yang dataran rendah dan tanah lokal dikenal sebagai
Bernam seri (gleysols eutric) terdiri dari cambic
cakrawala dan rejim kelembaban aquic (FAO / unesco,
1974). tanah ini dikembangkan dari tanah liat laut oleh
drainase. bibit jati satu tahun diperoleh dari
yang malaysia lembaga penelitian hutan (frim) dan
ditanam di 2.5mx 2.5m jarak di kedua perkebunan.
parit drainase dibuat menggunakan excavator oleh
menggali berturut-turut untuk air outlet per dua baris tanam di
perkebunan dan baris untuk air stopkontak per tiga tanam
baris di perkebunan b.

Results (Indonesian) 2:

Dua perkebunan dulunya kelapa (Cocos
nucifera) perkebunan terintegrasi dengan kakao (Theobroma
kakao). Daerah yang dikonversi menjadi perkebunan jati di
April 1994 dan konsep-konsep agroforestry dilaksanakan
untuk memanfaatkan daerah. Selama tanah persiapan, sebagian besar
kelapa tua dan tunggul kakao yang sepenuhnya
dihapus dan puing-puing sisa terkubur di dalam tanah. Paling
kelapa batang yang ditempatkan dalam baris dan dibakar
sementara batang kualitas diekstraksi untuk utilitas publik. Keduanya
wilayah dataran rendah dan tanah yang dikenal sebagai
Bernam seri (Eutric Gleysols) terdiri dari cambic
cakrawala dan rezim aquic kelembaban (FAO/UNESCO,
1974). Tanah ini dikembangkan dari laut clay oleh
drainase. Satu tahun jati bibit Diperoleh dari
Hutan Penelitian Institut Malaysia (FRIM) dan
ditanam di 2,5 m x 2,5 m spasi dalam kedua perkebunan
parit-parit drainase dibuat menggunakan excavator oleh
menggali baris untuk outlet air per dua penanaman garis
perkebunan A dan baris untuk outlet air per penanaman tiga
baris dalam perkebunan B.