Despite the pull of urban and indus

Despite the pull of urban and industrial labor opportunities and the tremendous decline in mature tree cover in the political forest, access to the political forest lands
still makes a difference to both SFC and household livelihoods. The most obvious
example of this was that forest villagers had work, earned cash, and gained new
housing during the Asian Economic Crisis in ways that Javanese villagers without
forest proximity did not. At the same time, control of forest lands in order to protect
valuable standing stock is by definition less valuable when the forest is severely
degraded and its amelioration requires an investment in restocking that will not be
remunerative for six decades. These contradictions of contemporary forestry in Java,
i.e. the poor condition of most forest blocks and the availability of remunerative
labor opportunities elsewhere, have deeply affected the social relationships, micropolitics,
and power relations between foresters and forest villagers

Results (Indonesian) 1:

Meskipun tarik peluang kerja perkotaan dan penurunan besar dalam pohon dewasa penutup di hutan politik, akses ke wilayah politik hutanmasih membuat perbedaan untuk SFC dan penghidupan rumah tangga. Yang paling jelascontoh dari hal ini adalah bahwa hutan desa memiliki pekerjaan, mendapatkan uang tunai, dan memperoleh baruperumahan selama krisis ekonomi dalam cara bahwa warga Jawa tanpadekat hutan tidak. Pada saat yang sama, kontrol hutan tanah untuk melindungistok berdiri berharga adalah dengan definisi kurang berharga ketika hutan yang parahrusak dan triptofan yang membutuhkan investasi dalam restocking yang tidak akanmembasahkuyupi untuk enam dasawarsa. Kontradiksi-kontradiksi ini kontemporer kehutanan di Jawayaitu kondisi miskin kebanyakan hutan blok dan ketersediaan membasahkuyupitenaga kerja kesempatan di tempat lain, telah sangat mempengaruhi hubungan sosial, micropolitics,dan kekuatan hubungan antara rimbawan dan hutan desa

Results (Indonesian) 2:

Meskipun tarikan peluang kerja perkotaan dan industri dan penurunan yang luar biasa dalam tutupan pohon dewasa di hutan politik, akses ke lahan hutan politik
masih membuat perbedaan untuk kedua SFC dan mata pencaharian rumah tangga. Yang paling jelas
contoh ini adalah bahwa penduduk desa hutan memiliki pekerjaan, uang tunai, dan memperoleh baru
perumahan selama Krisis Ekonomi Asia dengan cara yang penduduk desa Jawa tanpa
kedekatan hutan tidak. Pada saat yang sama, kontrol lahan hutan untuk melindungi
berdiri saham berharga adalah dengan definisi kurang berharga ketika hutan adalah sangat
rusak dan perbaikan yang membutuhkan investasi dalam restocking yang tidak akan
menguntungkan selama enam dekade. Kontradiksi ini kehutanan kontemporer di Jawa,
yaitu buruknya kondisi paling blok hutan dan ketersediaan menguntungkan
peluang kerja di tempat lain, telah sangat mempengaruhi hubungan sosial, micropolitics,
dan hubungan kekuasaan antara rimbawan dan desa hutan