Pruitt-Igoe’s planners, Freidrichs

Pruitt-Igoe’s planners, Freidrichs noted, had assumed that the project would be consistently filled with working-class people seeking housing in the city. St. Louis, however, experienced dramatic demographic changes during the 1950s and 1960s, losing half of its population. Although “the city changed radically,” Freidrichs commented, “the policies for funding [Pruitt-Igoe] didn’t [change] along with it.”

In addition, Freidrichs commented that the area around Pruitt-Igoe gradually “became something of an amenity desert,” lacking sufficient access to transportation, jobs, and food. Moreover, state welfare policies at the time restricted support to families with a man in the home, placing many residents in a difficult position. This “tangle of issues,” combined with a “relatively intransigent” city housing authority early on, “made it very difficult for residents who were there.”

Results (Indonesian) 1:

Perencana Pruitt-Igoe, Freidrichs mencatat, telah diasumsikan bahwa proyek akan secara konsisten dipenuhi dengan orang-orang kelas buruh yang mencari perumahan di kota. St. Louis, namun, mengalami perubahan demografis yang dramatis selama 1950-an dan 1960-an, kehilangan setengah dari populasi. Meskipun "kota berubah secara radikal," Freidrichs berkomentar, "kebijakan untuk pendanaan [Pruitt-Igoe] tidak [mengubah] bersama dengan itu."Selain itu, Freidrichs berkomentar bahwa daerah sekitar Pruitt-Igoe secara bertahap "menjadi sesuatu kemudahan gurun," kurang akses yang memadai untuk transportasi, pekerjaan, dan makanan. Selain itu, kebijakan kesejahteraan negara pada waktu yang terbatas dukungan Keluarga dengan laki-laki di rumah, yang menempatkan banyak penduduk dalam posisi yang sulit. Ini "kusut isu-isu," dikombinasikan dengan kota "relatif degil" perumahan otoritas pada awalnya, "membuat sangat sulit bagi penduduk yang berada di sana."

Results (Indonesian) 2:

Perencana Pruitt-Igoe ini, Freidrichs mencatat, telah diasumsikan bahwa proyek akan konsisten diisi dengan orang-orang kelas pekerja mencari perumahan di kota. St. Louis, bagaimanapun, mengalami perubahan demografis yang dramatis selama tahun 1950 dan 1960-an, kehilangan setengah dari penduduknya. Meskipun "kota berubah secara radikal," komentar Freidrichs, "kebijakan untuk pendanaan [Pruitt-Igoe] tidak [perubahan] bersama dengan itu."

Selain itu, Freidrichs berkomentar bahwa daerah sekitar Pruitt-Igoe secara bertahap "menjadi sesuatu yang gurun kemudahan, "kurang akses yang cukup untuk transportasi, pekerjaan, dan makanan. Selain itu, kebijakan kesejahteraan negara pada saat itu dibatasi dukungan untuk keluarga dengan seorang pria di rumah, menempatkan banyak warga dalam posisi yang sulit. Ini "kusut masalah," dikombinasikan dengan "relatif kompromi" kota otoritas perumahan awal, "membuatnya sangat sulit bagi warga yang ada di sana."