The unrest of the Belgians was ulti

The unrest of the Belgians was ultimately dealt with in a less violent manner. The
situation had initially seemed ominous when, in early 1831, the newly formed Belgian
national assembly called upon the son of Louis Philippe to be their king. French patriots were at the same time urging an aggressive foreign policy on their new monarch. But Louis Philippe, impressed with the precariousness of his own situation, announced a policy of non-intervention in Belgium. He called upon Talleyrand for a last hurrah, and the by-now venerable diplomat, seventy-seven years old, arranged for a minor German prince (an uncle of the future Queen Victoria), Leopold of Saxe-Coberg, to serve as Belgium’s king, becoming Leopold I. Belgium was established as a separate and permanently neutral country, which it would remain into the twenty-first century, interrupted only by a few years of German occupation during the first and second world wars.

Results (Indonesian) 2:

Kerusuhan dari Belgia itu akhirnya ditangani dengan cara yang kurang kekerasan. The
Situasi awalnya tampak menyenangkan ketika, pada awal 1831, yang baru dibentuk Belgia
majelis nasional dipanggil putra Louis Philippe menjadi raja mereka. Patriot Perancis yang pada saat yang sama mendesak kebijakan luar negeri yang agresif dari raja baru mereka. Tapi Louis Philippe, terkesan dengan kerawanan situasi sendiri, mengumumkan kebijakan non-intervensi di Belgia. Dia dipanggil Talleyrand untuk hore terakhir, dan oleh-sekarang diplomat terhormat, berusia tujuh puluh tujuh tahun, diatur untuk seorang pangeran kecil Jerman (paman dari masa depan Ratu Victoria), Leopold dari Saxe-Coberg, untuk melayani sebagai raja Belgia , menjadi Leopold I. Belgia didirikan sebagai negara yang terpisah dan permanen netral, yang akan tetap ke abad kedua puluh satu, terputus hanya beberapa tahun pendudukan Jerman selama perang dunia pertama dan kedua.