Preferring ijtihād over akhbār-i āḥ

Preferring ijtihād over akhbār-i āḥād, therefore, is a more careful
religious approach. Ijtihād is based on the express directives of the
sharī‘ah established by the Prophet (sws) himself. This makes it
preferable to do ijtihād instead of relying on a khabar-i wāḥid about which we can never be sure if it is true or not for any khabar
can be true or false. Doing ijtihād, in this case, corresponds more
to the dictates of the Qur’ān and the Sunnah.

Results (Indonesian) 1:

Oleh karena itu, memilih ijtihād atas akhbār-i āḥād, adalah lebih berhati-hatipendekatan agama. Ijtihād berdasarkan petunjuk CheckDaftar isi ' ah didirikan oleh nabi (sws) sendiri. Hal ini membuatlebih baik untuk melakukan ijtihād daripada mengandalkan pada khabar-i wāḥid tentang yang kita tidak pernah bisa yakin jika itu benar atau tidak untuk khabar apapundapat benar atau salah. Dalam kasus ini, melakukan ijtihād, sesuai dengan lebihuntuk menentukan Qur ' ān sunnah.

Results (Indonesian) 2:

Lebih memilih ijtihad lebih Akhbar-i Ahad, oleh karena itu, adalah lebih berhati-hati
pendekatan agama. Ijtihad didasarkan pada arahan yang jelas dari
syari'at yang didirikan oleh Nabi (saw) sendiri. Hal ini membuat
lebih baik untuk melakukan ijtihad bukan mengandalkan pada khabar-i Wahid tentang yang kita tidak pernah bisa yakin apakah itu benar atau tidak untuk setiap khabar
bisa benar atau salah. Melakukan ijtihad, dalam hal ini, berhubungan lebih
dengan perintah dari Qur'an dan Sunnah.