Integrated Pest Management (IPM) is

Integrated Pest Management (IPM) is the deployment of a variety of methods of pest control designed
to complement, reduce or replace the application of synthetic pesticides. IPM incorporates the simultaneous
management and integration of tactics, the regular monitoring of pests and natural enemies, the use of
thresholds for decisions, and spans methods from pesticide product management/substitution to whole
agroecosystem redesign. Consequent reduction in the use of synthetic pesticides improves on- and off-farm
sustainability, as well as reducing costs to the farmer. IPM systems may also deliver an array of
ecosystem goods and services beyond pest control, increasing general resilience at farm and landscape
scales. Thus, IPM is an example of sustainable intensification, defined as “producing more output from
the same area of land while reducing the negative environmental impacts and at the same time increasing
contributions to natural capital and the flow of environmental services”

Results (Indonesian) 2:

Manajemen Hama Terpadu (PHT) adalah penyebaran berbagai metode pengendalian hama yang dirancang
untuk, mengurangi atau mengganti aplikasi pestisida sintetik. IPM menggabungkan simultan
manajemen dan integrasi taktik, pemantauan rutin hama dan musuh alami, penggunaan
ambang batas untuk keputusan, dan mencakup metode dari manajemen produk pestisida / substitusi untuk seluruh
agroekosistem desain ulang. Pengurangan konsekuen dalam penggunaan pestisida sintetis meningkatkan on-dan off-farm
keberlanjutan, serta mengurangi biaya untuk petani. Sistem PHT juga memberikan berbagai
barang dan jasa di luar pengendalian hama ekosistem, meningkatkan ketahanan umum di peternakan dan lansekap
skala. Dengan demikian, IPM adalah contoh dari intensifikasi berkelanjutan, yang didefinisikan sebagai "memproduksi lebih banyak output dari
daerah yang sama dari tanah sekaligus mengurangi dampak negatif lingkungan dan pada saat yang sama meningkatkan
kontribusi untuk modal alam dan aliran jasa lingkungan"