Rhizopus stolonifer (Ehrenb.:Fr.) V

Rhizopus stolonifer (Ehrenb.:Fr.) Vuill., is the causal
agent of rhizopus rots disease of various fruits and vegetables
(Stevens et al., 2004; Zhang, Wang, Zheng, & Dong,
2007). This fungus infects ripe fruit after harvest, unless
fruit in the field have major injuries or split pits (Fo
¨
ster,
Driever, Thompson, & Adaskaveg, 2007). During several
years synthetic fungicides have been used to control this
microorganism. However, in several studies it has been
shown that the compounds used in these fungicides caused
strain resistance representing a potential risk for the environment
and human health (Adaskaveg, Fo
¨
ster, & Sommer,
2002; Northover & Zhou, 2002). The search of
natural alternatives for the control of postharvest commodities
has been improved, and option such as chitosan
has been evaluated (Tripathi & Dubey, 2004).

Results (Indonesian) 1:

Rhizopus stolonifer (Ehrenb.:Fr.) Vuill., adalah kausalagen rhizopus membusuk penyakit berbagai buah dan sayuran(Stevens et al., 2004; Zhang, Wang, Zheng, & Dong,2007). jamur ini menginfeksi buah yang matang setelah panen, kecualibuah di dari bidang memiliki besar cedera atau split lubang (Fo¨One Piece,Driever, Thompson, & Adaskaveg, 2007). Selama beberapafungisida sintetis tahun telah digunakan untuk mengendalikan inimikroorganisme. Namun, dalam beberapa studi telahmenunjukkan bahwa senyawa yang digunakan dalam fungisida ini disebabkanperlawanan ketegangan yang mewakili potensi risiko lingkungandan kesehatan manusia (Adaskaveg, Fo¨One Piece, & Sommer,tahun 2002; Northover & Zhou, 2002). Pencarianalternatif alami untuk mengontrol postharvest komoditastelah diperbaiki, dan pilihan seperti chitosantelah dievaluasi (Tripathi & Dubey, 2004).

Results (Indonesian) 2:

. Rhizopus stolonifer (. Ehrenb.:Fr) Bull, adalah kausal
agen Rhizopus penyakit busuk dari berbagai buah-buahan dan sayuran
(Stevens et al, 2004;. Zhang, Wang, Zheng, & Dong,
2007). Jamur ini menginfeksi buah matang setelah panen, kecuali
buah di lapangan memiliki luka besar atau lubang split (Fo
¨
ster,
Driever, Thompson, & Adaskaveg, 2007). Selama beberapa
tahun fungisida sintetik telah digunakan untuk mengendalikan ini
mikroorganisme. Namun, dalam beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa senyawa yang digunakan dalam fungisida ini disebabkan
resistensi galur yang mewakili potensi risiko bagi lingkungan
dan kesehatan manusia (Adaskaveg, Fo
¨
ster, & Sommer,
2002; Northover & Zhou, 2002). Pencarian
alternatif alami untuk mengendalikan komoditas pascapanen
telah diperbaiki, dan opsi seperti kitosan
telah dievaluasi (Tripathi & Dubey, 2004).