One day we found our teacher Miss H

One day we found our teacher Miss Hammeda in floods of tears. Her husband was a policeman in
the small town of Matta, and Fazlullah’s men had stormed in and some police officers had been
killed, including her husband. It was the first Taliban attack on the police in our valley. Soon they had
taken over many villages. The black and white flags of Fazlullah’s TNSM started appearing on police
stations. The militants would enter villages with megaphones and the police would flee. In a short
time they had taken over fifty-nine villages and set up their own parallel administrations. Policemen
were so scared of being killed that they took out adverts in the newspapers to announce they had left

Results (Indonesian) 1:

suatu hari kami menemukan kami hammeda guru miss banjir air mata. suaminya adalah seorang polisi di
kota kecil matta, dan laki-laki Fazlullah telah menyerbu dan beberapa petugas polisi telah
tewas, termasuk suaminya. itu adalah serangan Taliban pertama di polisi di lembah kami. segera mereka punya
diambil alih banyak desa. bendera hitam dan putih TNSM Fazlullah mulai muncul pada polisi
stasiun. militan akan memasuki desa-desa dengan megafon dan polisi akan melarikan diri. dalam waktu singkat
mereka telah mengambil alih lima puluh sembilan desa dan mendirikan pemerintahan paralel mereka sendiri. polisi
begitu takut dibunuh bahwa mereka mengeluarkan iklan di surat kabar untuk mengumumkan mereka telah meninggalkan

Results (Indonesian) 2:

Suatu hari kami menemukan guru kami Miss Hammeda dalam air mata. Suaminya adalah seorang polisi di
kota kecil Matta, dan orang-orang Fazlullah yang telah menyerbu masuk dan beberapa petugas polisi telah
dibunuh, termasuk suaminya. Ini adalah serangan Taliban pertama polisi di lembah. Segera mereka punya
mengambil alih banyak desa. Bendera hitam dan putih Fazlullah's TNSM mulai muncul pada polisi
Stasiun. Para militan akan memasuki desa dengan menggunakan megafon dan polisi akan melarikan diri. Dalam singkat
waktu mereka telah mengambil lebih dari lima puluh sembilan desa dan mengatur sendiri paralel administrasi. Polisi
begitu ketakutan dari dibunuh bahwa mereka mengeluarkan iklan di koran mengumumkan mereka telah meninggalkan