Because needs often cannot be satis

Because needs often cannot be satisfied by one store, one channel, or one product, consumers may appear to be inconsistent in their shopping behavior. For example, a skier may purchase expensive Spyder goggles but wear an inexpensive snowsuit from Target. A grocery shopper might buy an inexpensive store brand of paper towels and a premium national brand of orange juice. The pattern of buying both premium and low-priced merchandise or patronizing both expensive, status-oriented retailers and price-oriented retailers is called cross-shopping

Results (Indonesian) 1:

Karena kebutuhan sering tidak dapat puas dengan satu toko, satu saluran, atau salah satu produk, konsumen mungkin tampak tidak konsisten dalam perilaku belanja mereka. Sebagai contoh, seorang pemain ski dapat membeli mahal Spyder kacamata tetapi memakai snowsuit murah dari Target. Pembelanja kelontong mungkin membeli merek toko murah handuk kertas dan merek nasional premium jus jeruk. Pola membeli premium dan harga rendah barang dagangan atau menggurui mahal, berorientasi status pengecer dan pengecer berorientasi harga disebut salib-belanja

Results (Indonesian) 2:

Karena kebutuhan sering tidak dapat dipenuhi oleh satu toko, satu saluran, atau satu produk, konsumen mungkin tampak tidak konsisten dalam perilaku belanja mereka. Misalnya, seorang pemain ski dapat membeli kacamata Spyder mahal tapi memakai snowsuit murah dari Target. Sebuah pembelanja kelontong mungkin membeli merek toko murah dari handuk kertas dan merek nasional premium jus jeruk. Pola membeli baik premium dan murah dari barang dagangan atau menggurui baik mahal, pengecer Status berorientasi dan pengecer berorientasi-harga yang disebut cross-shopping