Social forestry did not emerge on t

Social forestry did not emerge on the Indonesian forestry scene in
a vacuum; it was preceded by 'community forestry' and what the Indonesian
foresters called "the Prosperity Approach." Both of these
approaches were meant to increase the income farmers could earn from
state-controlled forest lands and from their own lands. "Forests for People,"
which emphasized the importance of using forests to serve the needs
of rural people worldwide, was the theme of the Eighth World Forestry
Congress, held in 1978 in Jakarta. A great deal of discussion at the congress
centered around the importance of forests in meeting rural people's
basic needs for fuel, fodder, food, building materials, fiber, and income
producing non-timber products.

Results (Indonesian) 1:

Perhutanan sosial tidak tidak muncul pada adegan kehutanan Indonesia diruang hampa; buku ini didahului oleh 'kemasyarakatan' dan apa Indonesiarimbawan disebut "pendekatan kemakmuran." Keduapendekatan itu dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan petani bisa mendapatkan darihutan negara dikendalikan tanah dan dari mereka sendiri tanah. "Hutan untuk rakyat"yang menekankan pentingnya menggunakan hutan untuk melayani kebutuhanpedesaan orang di seluruh dunia, adalah tema kedelapan dunia KehutananKongres, diselenggarakan pada tahun 1978 di Jakarta. Banyak diskusi di Kongresberpusat di sekitar pentingnya hutan dalam Rapat masyarakat pedesaankebutuhan dasar untuk bahan bakar, pakan ternak, makanan, bahan bangunan, serat, dan pendapatanmemproduksi produk non-kayu.

Results (Indonesian) 2:

Perhutanan sosial tidak muncul di kancah kehutanan Indonesia di
ruang hampa; itu didahului oleh 'kehutanan masyarakat dan apa yang Indonesia
rimbawan yang disebut "Pendekatan Kesejahteraan." Kedua
pendekatan dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan petani bisa peroleh dari
lahan hutan yang dikendalikan negara dan dari tanah mereka sendiri. "Hutan untuk Rakyat,"
yang menekankan pentingnya menggunakan hutan untuk melayani kebutuhan
masyarakat pedesaan di seluruh dunia, adalah tema Kedelapan Dunia Kehutanan
Congress, yang diselenggarakan pada tahun 1978 di Jakarta. Banyak diskusi di kongres
berpusat di sekitar pentingnya hutan dalam memenuhi masyarakat pedesaan
kebutuhan dasar untuk bahan bakar, pakan ternak, makanan, bahan bangunan, serat, dan pendapatan
produk non-penghasil kayu.