The policyimplication is that it is

The policy
implication is that it is imperative for the government to continue its efforts to
make fertilizers available to farmers at affordable prices and on time. Land is
next to fertilizer in terms of importance while labour input appears to be
excessive because of the negativity of its coefficient. Using the significant
coefficients only, the returns-to-scale parameter is estimated to be 0.962,
implying decreasing returns to scale in the enterprise.
The results in Table 3 show the distribution of technical efficiency among the
respondents. There is great variation in the levels of efficiency – the range is
from 29.4% to 98.2% with a mean of 86.6%. The mean level of technical
efficiency indicates that on average rice output falls 13.4% short of the
maximum possible level. Therefore in the short run it is possible to increase
rice production in the study area by an average of 13.4 per cent by adopting
the technology used by the best performers. The majority (75.56%) of the
farmers belonged to the most efficient category (90 to 100 per cent) while
6.67% belonged to the least efficient category (30 to 40 per cent).

Results (Indonesian) 1:

kebijakan
implikasi adalah bahwa sangat penting bagi pemerintah untuk terus berupaya untuk membuat pupuk
tersedia bagi petani dengan harga terjangkau dan tepat waktu. tanah
sebelah pupuk dalam hal penting sementara input tenaga kerja tampaknya
berlebihan karena negativitas koefisien. menggunakan signifikan
koefisien saja, parameter kembali-to-besaran diperkirakan 0.962,
menyiratkan menurun kembali ke skala dalam perusahaan.
Hasil dalam tabel 3 menunjukkan distribusi efisiensi teknis antara
responden. ada variasi yang besar dalam tingkat efisiensi - rentang adalah
dari 29,4% menjadi 98,2% dengan rata-rata 86,6%. tingkat rata-rata teknis
efisiensi menunjukkan bahwa pada produksi beras rata-rata turun 13,4% pendek dari
tingkat maksimum mungkin.Oleh karena itu, dalam jangka pendek adalah mungkin untuk meningkatkan
produksi beras di daerah penelitian rata-rata 13,4 persen dengan mengadopsi
teknologi yang digunakan oleh para pemain terbaik. mayoritas (75,56%) dari
petani termasuk kategori yang paling efisien (90 sampai 100 persen) sementara
6,67% termasuk kategori paling efisien (30 sampai 40 persen).

Results (Indonesian) 2:

Kebijakan
implikasinya adalah bahwa hal itu penting bagi pemerintah untuk melanjutkan upaya untuk
menyediakan pupuk kepada petani dengan harga terjangkau dan tepat waktu. Tanah
di pupuk dalam hal penting sementara buruh masukan tampaknya
berlebihan karena negativitas koefisien nya. Menggunakan yang signifikan
koefisien saja, parameter kembali-ke-scale diperkirakan 0.962
menyiratkan menurun kembali ke skala dalam perusahaan
hasil dalam tabel 3 menunjukkan distribusi teknis efisiensi antara
responden. Ada variasi besar dalam tingkat efisiensi-kisaran
dari 29.4% menjadi 98.2% dengan rata-rata 86.6%. Rata-rata tingkat teknis
efisiensi menunjukkan bahwa rata-rata beras output jatuh 13,4% pendek
tingkat maksimum yang mungkin. Oleh karena itu dalam jangka pendek itu mungkin untuk meningkatkan
produksi di daerah studi beras oleh rata-rata sebesar 13.4% dengan mengadopsi
teknologi yang digunakan oleh para pemain terbaik. Mayoritas (75.56%)
petani milik yang paling efisien kategori (90 sampai 100 persen) while
6.67% milik kategori yang paling efisien (30 sampai 40 persen).