This study rests on the idea that t

This study rests on the idea that the effects of job insecurity on performance are neither purely negative nor purely positive. Instead, job insecurity is both a hindrance and a challenge stressor. Job insecurity can be perceived as a stressful discrepancy between what employees hope for (i.e. job security) and what employers offer (i.e. job insecurity) that leads to effort withdrawal and thus to a reduction of job performance. At the same (but to a lesser degree), job insecurity can also motivate people to increase the effort because high performance might be perceived as a safeguard against being laid off. Both effects are captured by our integrated model that was supported by our data. Consequently, managers who believe that increasing job insecurity is a feasible motivation strategy should be warned not to overlook that the effects of job insecurity are predominantly negative.

Results (Indonesian) 1:

Ini berpijak studi pada gagasan bahwa efek dari ketidakamanan kerja terhadap kinerja yang tidak murni negatif atau murni positif. Sebaliknya, ketidakamanan kerja merupakan sebuah halangan dan stressor tantangan. ketidakamanan kerja dapat dianggap sebagai perbedaan stres antara apa yang karyawan harapkan (keamanan kerja yaitu) dan apa perusahaan menawarkan (yaitu pekerjaan ketidakamanan) yang mengarah ke upaya penarikan dan dengan demikian penurunan kinerja pekerjaan. Pada saat yang sama (tetapi untuk tingkat yang lebih rendah), ketidakamanan kerja bisa juga orang memotivasi untuk meningkatkan usaha karena kinerja tinggi mungkin dianggap sebagai perlindungan terhadap PHK. Kedua efek yang ditangkap oleh model terintegrasi kami yang didukung oleh data kami. Karena itu,

Results (Indonesian) 2:

Studi ini didasarkan pada gagasan bahwa efek ketidakamanan pekerjaan pada kinerja yang tidak murni negatif maupun murni positif. Sebaliknya, ketidakamanan kerja adalah halangan dan tantangan stressor. Ketidakamanan kerja dapat dianggap sebagai perbedaan stres antara apa yang karyawan harapkan untuk (yaitu keamanan pekerjaan) dan apa yang ditawarkan pengusaha (yaitu pekerjaan ketidakamanan) yang mengarah pada upaya penarikan dan dengan demikian untuk pengurangan kinerja pekerjaan. Pada saat yang sama (tetapi untuk tingkat yang lebih rendah), ketidakamanan kerja juga dapat memotivasi orang untuk meningkatkan usaha karena kinerja tinggi dapat dianggap sebagai perlindungan terhadap diberhentikan. Kedua efek ditangkap oleh model terintegrasi kami yang didukung oleh data kami. Akibatnya, manajer yang percaya bahwa meningkatnya ketidakamanan kerja adalah strategi motivasi layak harus diperingatkan untuk tidak mengabaikan bahwa efek dari ketidakamanan pekerjaan yang dominan negatif.