Information provided by the relativ

Information provided by the relatively few studies conducted in Indonesia illustrates that conversion of montane forests on less weathered, fertile soils to agricultural land uses in Central Sulawesi decreases soil fertility (Dechert et al., 2004). Conversion of lowland forests on highly weathered soils to rubber and oil palm plantations in Jambi Province increases soil pH, attributed primarily to the legacy effect of ashes from biomass burning during conversion, as well as soil N availability due to fertilization (Allen et al., 2015; van Straaten et al., 2015). However, fertilizer application in converted land-use systems mitigates only short-term nutrient shortage (Ngoze et al., 2008). The ultimate result with years of continuous cultivation after forest conversion is a decrease in soil nutrient levels and cycling (e.g., nitrogen; Corre et al., 2006; Davidson et al., 2007).

Results (Indonesian) 1:

Informasi yang diberikan oleh relatif sedikit studi yang dilakukan di Indonesia menggambarkan bahwa konversi hutan montane pada kurang lapuk, subur tanah untuk lahan pertanian menggunakan di Sulawesi Tengah penurunan kesuburan tanah (Dechert et al., 2004). Konversi hutan dataran rendah di tanah sangat lapuk untuk perkebunan karet dan kelapa sawit di Jambi meningkatkan pH tanah, terutama disebabkan efek warisan dari abu dari biomassa terbakar selama konversi, serta ketersediaan tanah N karena pemupukan (Allen et al., 2015; van Straaten et al., 2015). Namun, aplikasi pupuk dalam penggunaan lahan yang dikonversi sistem mitigates hanya kekurangan unsur hara jangka pendek (Ngoze et al., 2008). Hasil akhir dengan tahun terus-menerus budidaya setelah konversi hutan adalah penurunan kadar hara tanah dan bersepeda (misalnya, nitrogen; Edisi et al., 2006; Davidson et al., 2007).

Results (Indonesian) 2:

Informasi yang diberikan oleh relatif sedikit penelitian yang dilakukan di Indonesia menggambarkan bahwa konversi hutan pegunungan kurang lapuk, tanah subur untuk lahan pertanian menggunakan di Sulawesi Tengah menurun kesuburan tanah (Dechert et al., 2004). Konversi hutan dataran rendah pada tanah yang sangat lapuk untuk karet dan kelapa sawit di Provinsi Jambi meningkatkan pH tanah, terutama disebabkan pengaruh warisan abu dari pembakaran biomassa selama konversi, serta tanah ketersediaan N karena pemupukan (Allen et al., 2015;. van Straaten et al, 2015). Namun, penggunaan pupuk dalam sistem penggunaan lahan yang dikonversi meringankan hanya kekurangan gizi jangka pendek (Ngoze et al., 2008). Hasil akhir dengan tahun budidaya berkelanjutan setelah konversi hutan adalah penurunan kadar tanah nutrisi dan bersepeda (misalnya, nitrogen;. Corre et al, 2006; Davidson et al, 2007.).