retaining the Bourbon fleur de lys

retaining the Bourbon fleur de lys (lily), and he spoke of himself as king of the French
rather than king of France by the grace of God. The French state remained a constitutional
monarchy, now commonly referred to as the July Monarchy. Its constitution
resembled the Charter of 1814, but a number of liberalizing adjustments were made to
it, and the vote was extended from about 100,000 to about 200,000 voters.
That extension was hardly a drastic measure (one in thirty adult males now had the
vote), but most contemporary observers seemed to conclude that the new regime represented
a significant advance for previously much-underrepresented middle-class interests.
Still, only the highest ranks of the bourgeoisie, composed mostly of wealthy
financiers and bankers, were enfranchised. Similarly, the new king chose his ministers
from the wealthiest ranks of the grande bourgeoisie, not from ordinary or middle-class
businessmen. It was further revealing that those subsequently elected to the Chamber
of Deputies were almost exclusively large landowners, men with few obvious connections
to the world of modern industry. In terms of sympathy for the urban poor, the new
ruling elite was only barely distinguishable from the entourage of Charles X.

Results (Indonesian) 2:

mempertahankan Bourbon fleur de lys (lily), dan ia berbicara tentang dirinya sebagai raja Perancis
daripada raja Perancis oleh kasih karunia Allah. Negara Perancis tetap menjadi konstitusional
monarki, sekarang sering disebut sebagai Monarki Juli. Konstitusinya
menyerupai Piagam 1814, tetapi sejumlah liberalisasi dilakukan penyesuaian atas
itu, dan suara diperpanjang dari sekitar 100.000 sampai 200.000 pemilih.
Ekstensi Itu hampir ukuran drastis (satu di tiga puluh laki-laki dewasa sekarang memiliki
suara) , namun sebagian besar pengamat kontemporer tampaknya menyimpulkan bahwa rezim baru diwakili
kemajuan yang signifikan untuk yang sebelumnya banyak-kurang terwakili kepentingan kelas menengah.
Namun, hanya jajaran tertinggi dari kaum borjuis, sebagian besar terdiri dari kaya
pemodal dan bankir, yang mendapatkan hak pilih. Demikian pula, raja baru memilih menteri-menterinya
dari jajaran terkaya dari kaum borjuis grande, tidak dari biasa atau kelas menengah
pengusaha. Lebih lanjut mengungkapkan bahwa mereka kemudian dipilih ke Kamar
Deputi hampir secara eksklusif pemilik tanah besar, laki-laki dengan beberapa koneksi yang jelas
untuk dunia industri modern. Dalam hal simpati bagi kaum miskin kota, yang baru
elit penguasa hanya nyaris dibedakan dari rombongan Charles X.