In 1848 a point was repeatedly driv

In 1848 a point was repeatedly driven home, in terms that observers a century later
might term Maoist: Power comes from the point of a gun. A more subtle conclusion, one
that also became a “historical lesson,” was that revolutionaries needed to get their act
together, and to realize that student idealists, lawyers, and intellectuals are not enough
to make a revolution. A perhaps even more subtle lesson lurked beneath the rhetoric of
the day: Conservatives who do not lose their cool and who have a reliable army can be
terribly difficult to dislodge from power

Results (Indonesian) 2:

Pada tahun 1848 titik berulang kali didorong rumah, dalam hal bahwa pengamat abad kemudian
mungkin istilah Maois: Power berasal dari titik pistol. Kesimpulan yang lebih halus, satu
yang juga menjadi "pelajaran sejarah," adalah bahwa revolusioner yang dibutuhkan untuk mendapatkan tindakan mereka
bersama-sama, dan menyadari bahwa idealis mahasiswa, pengacara, dan intelektual tidak cukup
untuk membuat sebuah revolusi. Sebuah mungkin bahkan lebih halus pelajaran mengintai di bawah retorika
hari: Konservatif yang tak kalah keren dan yang memiliki tentara yang handal bisa
sangat sulit untuk mengusir dari kekuasaan