Palm oil accounts for 32 percent of

Palm oil accounts for 32 percent of the global production
of edible vegetable oils and 59 percent of annual
exports.1 It is produced in tropical climates and has
become a staple food in countries such as Malaysia
and Indonesia. Global demand is growing as populations
increase and standards of living improve.
Production of palm oil is more sustainable than crop
based vegetable oils such as soybean and rapeseed. It
consumes considerably less energy in production,
uses less land and generates more oil per hectare. The
palm oil industry is a major driver of rural economic
development in Malaysia and Indonesia. It has
become a substantial export and a key contributor to
poverty alleviation and higher living standards.
Yet green groups in Europe (principally Greenpeace
and Friends of the Earth) are campaigning to denigrate
palm oil by pressuring processors and consumers
to boycott it and EU governments to block
imports. The EU Renewable Energy Directive
restricts the availability of palm oil. The campaign is
based on contentions that palm oil damages the environment
and is endangering threatened species, such
as the orangutan.

Results (Indonesian) 2:

Menyumbang minyak sawit untuk 32 persen dari produksi global
minyak nabati dan 59 persen tahunan
exports.1 Hal ini dihasilkan di iklim tropis dan telah
menjadi makanan pokok di negara-negara seperti Malaysia
dan Indonesia. Permintaan global tumbuh sebagai populasi
meningkat dan standar hidup meningkat.
Produksi minyak sawit lebih berkelanjutan dari tanaman
minyak nabati berbasis seperti kedelai dan rapeseed. Ini
mengkonsumsi lebih sedikit energi dalam produksi,
menggunakan lebih sedikit tanah dan menghasilkan lebih banyak minyak per hektar. The
industri kelapa sawit merupakan penggerak utama ekonomi pedesaan
pembangunan di Malaysia dan Indonesia. Hal ini telah
menjadi ekspor yang cukup besar dan kontributor kunci untuk
pengentasan kemiskinan dan standar hidup yang lebih tinggi.
Namun kelompok hijau di Eropa (terutama Greenpeace
dan Friends of the Earth) berkampanye untuk merendahkan
kelapa sawit dengan menekan prosesor dan konsumen
untuk memboikot itu dan pemerintah Uni Eropa untuk blok
impor. Uni Eropa Renewable Energy Directive
membatasi ketersediaan minyak sawit. Kampanye ini
didasarkan pada perselisihan yang merusak kelapa sawit lingkungan
dan membahayakan spesies terancam, seperti
orangutan tersebut.