In this study, both the plantations

In this study, both the plantations are located on
marine clay soil areas that consisted mainly of high clay
content with very fine sand. Therefore, coarse soil
particles and sand were not present and did not adhere to
the affected root surface. However, fine and dark organic
particles were often found adhering to the diseased roots
and this was probably due to the plantations being
manually cleared followed by burning of the coconut tree
residues. In addition, presence of the mixed acid
Isohyperthemic Typic Tropaquepts soil of Bernam series
that can produce acid sulfate during the dry season could
also enhance the fungal aggressiveness in killing the
trees. Ann et al. (1999) found that P. noxius preferred
acidic conditions and did not grow at pH values higher
than 7.5. They also consistently observed that all
diseased soils infested with P. noxius had pH values
equal to or lower than 5.0. In this case, soil pH values of
plantations A and B were 4.4 and 4.6, respectively. These
values indicated that P. noxius obtained from both
plantations could survive in more acidic soil conditions.

Results (Indonesian) 1:

dalam penelitian ini, baik perkebunan yang terletak di
laut daerah tanah lempung yang sebagian besar terdiri dari tanah liat yang tinggi
isi dengan pasir yang sangat halus. Oleh karena itu, tanah kasar
partikel dan pasir tidak hadir dan tidak mematuhi
permukaan akar terpengaruh. Namun, partikel-partikel organik
halus dan gelap sering ditemukan berpegang pada akar sakit
dan ini mungkin disebabkan oleh perkebunan menjadi
dibersihkan secara manual diikuti dengan pembakaran kelapa pohon
residu. di samping itu, kehadiran asam campuran tropaquepts
isohyperthemic typic tanah seri Bernam
yang dapat menghasilkan asam sulfat selama musim kemarau bisa
juga meningkatkan agresivitas jamur dalam membunuh
pohon. ann et al. (1999) menemukan bahwa p. noxius disukai
kondisi asam dan tidak tumbuh pada nilai ph lebih tinggi dari 7,5
.mereka juga konsisten mengamati bahwa semua
tanah sakit penuh dengan p. noxius memiliki nilai ph
sama dengan atau lebih rendah dari 5,0. dalam hal ini, nilai-nilai ph tanah perkebunan
a dan b adalah 4,4 dan 4,6, masing-masing.
nilai-nilai ini menunjukkan bahwa p. noxius diperoleh dari
perkebunan keduanya bisa bertahan dalam kondisi tanah lebih asam.

Results (Indonesian) 2:

Dalam studi ini, kedua perkebunan terletak di
daerah tanah liat laut yang terdiri terutama dari tanah liat tinggi
konten dengan pasir sangat halus. Oleh karena itu, tanah kasar
partikel pasir yang tidak hadir dan tidak mematuhi
permukaan akar terkena. Namun, denda dan gelap organik
partikel sering ditemukan mengikuti akar berpenyakit
dan ini mungkin karena perkebunan menjadi
secara manual dihapus diikuti dengan membakar pohon kelapa
residu. Selain itu, adanya campuran asam
Isohyperthemic Typic Tropaquepts tanah Bernam seri
yang dapat menghasilkan asam sulfat musim kering bisa
juga meningkatkan agresivitas jamur dalam pembunuhan
pohon. Ann et al. (1999) menemukan bahwa noxius P. disukai
kondisi asam dan tidak tumbuh pada nilai-nilai pH tinggi
daripada 7,5. Mereka juga secara konsisten mengamati bahwa semua
berpenyakit tanah penuh dengan P. noxius mempunyai nilai-nilai pH
sama atau lebih rendah daripada 5.0. Dalam kasus ini, tanah nilai-nilai pH
perkebunan A dan B adalah 4.4 dan 4.6, masing-masing. Ini
nilai menunjukkan bahwa noxius P. yang Diperoleh dari kedua
perkebunan dapat bertahan dalam kondisi asam tanah lain.