At first Davis felt lucky when he f

At first Davis felt lucky when he found Eddie Munz, a local high school dropout who had some experience washing dishes. Davis could not afford to pay a dishwasher more than $4 an hour, but Eddie did not seem to mind that. Moreover, Eddie seemed to get the dishes clean. But he was so slow! Davis originally thought Eddie just was not quick about anything, but he changed his mind as he observed his behavior in the kitchen. Eddie loved to talk to the cooks, often turning his back on the dishes for minutes at a time to chitchat. He also nibbled desserts off of dirty plates and sprayed the servers with water whenever they got near him. The kitchen was always a mess, and so many dishes piled up that often two hours after closing time, when everything else was ready for the next clay, Eddie would still be scraping and squirting and talking. Davis began to wonder if there was a method to Eddie’s madness: He was getting paid by the hour, so why should he work faster? But Davis did not like having a constantly sloppy kitchen, so he determined to have a talk with Eddie.

Results (Indonesian) 1:

Pada pertama Davis merasa beruntung ketika ia menemukan Eddie Munz, putus lokal sekolah tinggi yang punya pengalaman mencuci piring. Davis tidak mampu membayar pencuci piring lebih dari $4 per jam, tapi Eddie tampaknya tidak diingat bahwa. Selain itu, Eddie tampaknya mendapatkan piring bersih. Tapi ia begitu lambat! Davis awalnya berpikir Eddie hanya tidak cepat tentang apa-apa, tapi ia berubah pikiran ketika ia mengamati perilaku di dapur. Eddie senang berbicara dengan para juru masak, sering berputar-Nya kembali pada piring untuk menit pada suatu waktu untuk Diary. Ia juga nibbled makanan penutup dari piring kotor dan disemprot server dengan air setiap kali mereka mendapat di dekatnya. Dapur selalu berantakan, dan begitu banyak piring menumpuk bahwa sering dua jam setelah waktu tutup, ketika segala sesuatu sudah siap bagi clay berikutnya, Eddie akan masih gesekan dan menyemprotkan dan berbicara. Davis mulai bertanya-tanya apakah ada metode ke kegilaan Eddie: dia mendapatkan dibayar per jam, jadi mengapa harus ia bekerja lebih cepat? Tapi Davis tidak suka memiliki dapur terus ceroboh, sehingga ia bertekad untuk bercakap dengan Eddie.

Results (Indonesian) 2:

Pada awalnya Davis merasa beruntung ketika ia menemukan Eddie Munz, putus sekolah tinggi lokal yang memiliki pengalaman mencuci piring. Davis tidak mampu membayar mesin pencuci piring lebih dari $ 4 per jam, tapi Eddie tampaknya tidak keberatan. Selain itu, Eddie tampak untuk mendapatkan piring bersih. Tapi dia sangat lambat! Davis awalnya berpikir Eddie hanya tidak cepat tentang apa pun, tapi ia berubah pikiran saat ia mengamati perilakunya di dapur. Eddie mencintai untuk berbicara dengan para juru masak, sering berpaling dari piring untuk menit pada suatu waktu untuk ngobrol. Dia juga menggigit makanan penutup dari piring kotor dan disemprot server dengan air setiap kali mereka sampai di dekat dia. Dapur adalah selalu berantakan, dan begitu banyak piring menumpuk yang sering dua jam setelah waktu tutup, ketika segalanya sudah siap untuk tanah liat berikutnya, Eddie masih akan menggores dan menyemprotkan dan berbicara. Davis mulai bertanya-tanya apakah ada metode untuk kegilaan Eddie: Dia dibayar per jam, jadi mengapa ia harus bekerja lebih cepat? Tapi Davis tidak suka memiliki dapur terus ceroboh, sehingga ia bertekad untuk bicara dengan Eddie.