A distinction is conventionally mad

A distinction is conventionally made between the solvency and liquidity of a bank. This distinction is more difficult to make in practice than in theory. At the time of writing (October, 2007) NR remained legally solvent and yet was dependent on BOE funding because it could not fund its operations in the markets. However, there must be a question about this concept of solvency when applied to a bank which: (1) has serious funding problems in the open market, (2) where the cost of funding exceeds the average rate of interest on the bank’s assets, and (3) when it is dependent on support from the BOE.

Results (Indonesian) 1:

Perbedaan konvensional dibuat antara solvabilitas dan likuiditas bank. Perbedaan ini ini lebih sulit untuk membuat dalam praktek daripada teori. Pada saat penulisan (Oktober 2007) NR tetap hukum pelarut dan namun itu tergantung pada BOE pendanaan karena itu tidak dapat mendanai operasi di pasar. Namun, harus ada pertanyaan tentang konsep ini solvabilitas bila diterapkan ke bank yang: (1) memiliki masalah pendanaan yang serius di pasar terbuka, (2) di mana biaya pendanaan melebihi rata-rata tingkat bunga pada aset bank, dan (3) ketika bergantung pada dukungan dari BOE.

Results (Indonesian) 2:

Sebuah perbedaan konvensional dibuat antara solvabilitas dan likuiditas bank. Perbedaan ini lebih sulit untuk membuat dalam praktek daripada teori. Pada saat penulisan (Oktober 2007) NR tetap pelarut secara hukum dan belum tergantung pada dana BOE karena tidak bisa membiayai operasinya di pasar. Namun, harus ada pertanyaan tentang konsep ini solvabilitas bila diterapkan ke bank yang: (1) memiliki masalah pendanaan yang serius di pasar terbuka, (2) di mana biaya pendanaan melebihi rata-rata tingkat bunga aset bank, dan (3) ketika itu tergantung pada dukungan dari BOE.