The three types of leaves are then

The three types of leaves are then tied with three colors of yarn that is a symbol of reunification of two parties (families or people) in a dispute. The person acting as a mediator is believed to symbolize the expulsion of evil spirits that can trigger anger and pent up emotions as a cause of conflict. The ceremony symbolizes the need of self-control between the two parties in the dispute through the mediation process by a person who is considered as a neutral party who has the authority in taking decisions fairly and wisely in the society. Self-control is symbolized by the perpetrator's agreement to provide a number of materials to the victims. This operation is the symbol of anger that is forgotten. The parties who mediate and both parties in the dispute then hope and pray to God to get His protection and to be kept away from conflict in the future, and all agree to live in harmony and to care as symbolized by the Setasih leaves.

Results (Indonesian) 1:

Tiga jenis daun kemudian diikat dengan ketiga warna kain yang merupakan lambang penyatuan kembali dua pihak (keluarga atau orang) dalam suatu perselisihan. Orang yang bertindak sebagai mediator dipercaya melambangkan pengusiran Roh-roh jahat yang dapat memicu kemarahan dan terkurung emosi sebagai penyebab konflik. Upacara melambangkan kebutuhan pengendalian diri antara dua pihak dalam sengketa melalui proses Mediasi oleh orang yang dianggap sebagai sebuah pesta netral yang berwenang dalam mengambil keputusan cukup dan bijak dalam masyarakat. Pengendalian diri dilambangkan oleh para pelaku perjanjian untuk menyediakan sejumlah bahan kepada para korban. Operasi ini adalah simbol dari kemarahan yang dilupakan. Pihak-pihak yang menengahi dan kedua belah pihak dalam sengketa kemudian berharap dan berdoa kepada Allah untuk mendapatkan perlindungannya dan dijauhkan dari konflik di masa depan, dan semua setuju untuk hidup dalam harmoni dan perawatan seperti dilambangkan oleh daun Setasih.

Results (Indonesian) 2:

Ketiga jenis daun tersebut kemudian diikat dengan tiga warna benang yang merupakan simbol reunifikasi dua pihak (keluarga atau orang-orang) dalam sengketa. Orang bertindak sebagai mediator diyakini melambangkan pengusiran roh-roh jahat yang dapat memicu emosi kemarahan dan terpendam sebagai penyebab konflik. Upacara melambangkan kebutuhan pengendalian diri antara kedua pihak dalam sengketa melalui proses mediasi oleh orang yang dianggap sebagai pihak yang netral yang memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan yang cukup bijak dan di masyarakat. Pengendalian diri dilambangkan dengan kesepakatan pelaku untuk memberikan sejumlah bahan untuk para korban. Operasi ini adalah simbol kemarahan yang dilupakan. Pihak-pihak yang menengahi dan kedua belah pihak dalam sengketa kemudian berharap dan berdoa kepada Tuhan untuk mendapatkan perlindungan-Nya dan dijauhkan dari konflik di masa depan, dan semua setuju untuk hidup dalam harmoni dan peduli dilambangkan dengan daun Setasih.