Of course, the case has been made t

Of course, the case has been made that Javanese villagers have long been highly
mobile subjects, even those from forest or upland villages.1 But the regularity of this
movement for work has intensified, according to local accounts, and, for Singget at
least, circular migration patterns seem to be associated with the amount of mature
forest and forest work (formal or informal) available locally. Forest villagers from
Java are working in other parts of Indonesia where forests are being converted to
industrial agriculture, mining, or pulp plantations. As men leave for months to earn
wages in these kinds of jobs or in construction, women travel to work as domestic
labor in cities as well as in newly industrialized or ‘frontier’ developments, or as
factory labor (Peluso et al. forthcoming).

Results (Indonesian) 1:

Tentu saja, kasus telah dibuat bahwa warga Jawa telah lama sangatMobile subjek, bahkan orang-orang dari hutan atau upland villages.1 tapi keteraturan inigerakan untuk kerja telah ditingkatkan, sesuai dengan account lokal, dan, untuk Singget dipaling tidak, pola melingkar migrasi tampaknya terkait dengan jumlah dewasahutan dan hutan kerja (formal maupun informal) tersedia secara lokal. Hutan desa dariJawa yang bekerja di bagian lain dari Indonesia yang mana hutan yang dikonversi keindustri pertanian, pertambangan atau perkebunan pulp. Ketika orang-orang meninggalkan selama berbulan-bulan untuk mendapatkanupah di jenis pekerjaan atau pembangunan, wanita bepergian untuk bekerja sebagai domestiktenaga kerja di kota-kota seperti yang baik sebagai di baru industri atau perkembangan 'frontier', atau sebagaipabrik buruh (segera terbit Peluso et al.).

Results (Indonesian) 2:

Tentu saja, kasus tersebut telah dibuat bahwa penduduk desa Jawa telah lama sangat
subjek bergerak, bahkan mereka dari hutan atau dataran tinggi villages.1 Tapi keteraturan ini
gerakan untuk bekerja telah diintensifkan, menurut laporan setempat, dan, untuk Singget di
setidaknya, pola migrasi sirkuler tampaknya dikaitkan dengan jumlah matang
hutan dan kerja hutan (formal atau informal) tersedia secara lokal. Desa hutan dari
Jawa yang bekerja di bagian lain dari Indonesia di mana hutan yang dikonversi untuk
industri pertanian, pertambangan, atau perkebunan bubur. Sebagai orang berangkat ke bulan untuk mendapatkan
upah dalam jenis-jenis pekerjaan atau dalam konstruksi, perempuan melakukan perjalanan untuk bekerja sebagai domestik
tenaga kerja di kota-kota serta dalam perkembangan industri baru atau 'perbatasan', atau sebagai
buruh pabrik (Peluso et al. Yang akan datang).