Julian, a recent college graduate,

Julian, a recent college graduate, prepares to escort his mother to her weekly weight-loss class at the YMCA, which she attends to reduce her high blood pressure. He escorts her there every week because she has refused to take the bus alone since integration. She adjusts her garish new hat and contemplates returning it to pay the monthly gas bill. While walking through their dilapidated neighborhood, Julian imagines moving to a house in the country. He declares that he will one day make money, even though he knows he never really will. His mother encourages him to dream, saying that it will take time to establish himself.
She continues to chatter, mentioning that her grandfather once owned a plantation with 200 slaves. Embarrassed, Julian comments that the days of slavery are over, to which she replies that blacks should be free to rise but should do so separately from whites. Both think about the grandfather’s house again, and Julian grows envious, despite the fact that he only saw the house in ruins as a boy. As his mother talks about her black nurse, Caroline, Julian resolves to sit next to a black person on the bus in reparation for his mother’s prejudices.
When they arrive at the bus stop, Julian baits his mother by removing his tie, prompting her to exclaim that he looks like a thug. Julian retorts that true culture is in the mind and not reflected by how one acts or looks, as his mother believes. As they bicker, the bus pulls up and they board. Julian’s mother strikes up conversation with other passengers, eventually pointing out with relief that there are only white people on the bus. Another woman joins in, and the subject of the discussion turns to Julian. Julian’s mother comments that he works as a typewriter salesman but wants to be a writer. Julian withdraws into a mental bubble. He judges his mother for her opinions, believing that she lives in a distorted fantasy world of false graciousness. Although he feels nothing but disdain for her, she has made sacrifices so that he could have a good education.
The bus stops and a well-dressed African American man boards, sits down, and opens a newspaper. Julian imagines striking up conversation with him just to make his mother uncomfortable. Instead, he asks for a light, in spite of the no-smoking signs and the fact that he doesn’t have any cigarettes. He awkwardly returns the matches to the man, who glares at him. Julian dreams up new ways to teach his mother a lesson, imagining that he will ignore her as she gets off the bus, which would force her to worry that he may not pick her up after her exercise class.
Julian retreats deeper into his thoughts, daydreaming about bringing a black lawyer or professor home for dinner or about his mother becoming sick and requiring treatment from a black doctor. Though he would not want to give his mother a stroke, he fantasizes about bringing a black woman home and forcing his mother to accept her. Despite these fantasies, he remembers how he has failed to connect with the African Americans with whom he has struck up conversations in the past.

Results (Indonesian) 2:

Julian, lulusan perguruan tinggi, mempersiapkan untuk mengawal ibunya ke kelas penurunan berat badan mingguan di YMCA, yang ia menghadiri untuk mengurangi tekanan darah tinggi. Dia mengawal sana setiap minggu karena dia telah menolak untuk mengambil bus sendirian sejak integrasi. Dia menyesuaikan topi norak baru dan merenungkan kembali untuk membayar tagihan gas bulanan. Sementara berjalan melalui lingkungan bobrok mereka, Julian berimajinasi pindah ke sebuah rumah di negeri ini. Dia menyatakan bahwa dia suatu hari akan membuat uang, meskipun ia tahu ia tidak pernah benar-benar akan. Ibunya mendorong dia untuk bermimpi, mengatakan bahwa hal itu akan membutuhkan waktu untuk membangun dirinya.
Dia terus obrolan, menyebutkan bahwa kakeknya pernah dimiliki perkebunan dengan 200 budak. Malu, Julian komentar bahwa hari-hari perbudakan lebih, yang ia menjawab bahwa orang kulit hitam harus bebas naik tetapi harus melakukannya secara terpisah dari kulit putih. Kedua berpikir tentang rumah kakek lagi, dan Julian tumbuh iri, meskipun fakta bahwa ia hanya melihat rumah di reruntuhan sebagai anak laki-laki. Sebagai ibunya berbicara tentang perawat hitamnya, Caroline, Julian memutuskan untuk duduk di samping orang kulit hitam di bus silih bagi prasangka ibunya.
Ketika mereka tiba di halte bus, Julian umpan ibunya dengan menghapus dasinya, mendorong dia untuk berseru bahwa dia tampak seperti preman. Julian balas bahwa budaya yang benar adalah dalam pikiran dan tidak tercermin bagaimana satu tindakan atau penampilan, seperti ibunya percaya. Saat mereka bertengkar, bus menarik dan mereka naik. Ibu Julian menyerang percakapan dengan penumpang lainnya, akhirnya menunjukkan lega bahwa hanya ada orang kulit putih di bus. Wanita lain bergabung, dan subjek diskusi berubah menjadi Julian. Ibu Julian komentar bahwa ia bekerja sebagai salesman mesin tik, tetapi ingin menjadi penulis. Julian menarik diri ke dalam gelembung mental. Ia mengadili ibunya pendapat dia, percaya bahwa dia tinggal di sebuah dunia fantasi yang menyimpang dari keanggunan palsu. Meskipun ia merasa apa-apa tapi penghinaan baginya, ia telah membuat pengorbanan sehingga ia bisa memiliki pendidikan yang baik.
Bus berhenti dan berpakaian rapi Afrika papan pria Amerika, duduk, dan membuka koran. Julian berimajinasi mencolok percakapan dengan dia hanya untuk membuat ibunya tidak nyaman. Sebaliknya, ia meminta cahaya, terlepas dari tanda-tanda dilarang merokok dan fakta bahwa ia tidak memiliki rokok apapun. Dia canggung mengembalikan pertandingan untuk pria, yang melotot padanya. Julian mimpi cara-cara baru untuk mengajarkan ibunya pelajaran, membayangkan bahwa ia akan mengabaikan saat ia mendapat dari bus, yang akan memaksa dia untuk khawatir bahwa ia mungkin tidak menjemputnya setelah latihan kelas nya.
Julian mundur lebih dalam pikirannya, melamun tentang membawa seorang pengacara hitam atau profesor rumah untuk makan malam atau tentang ibunya menjadi sakit dan membutuhkan pengobatan dari dokter hitam. Meskipun ia tidak ingin memberikan ibunya stroke, ia berfantasi tentang membawa seorang wanita kulit hitam rumah dan memaksa ibunya untuk menerimanya. Meskipun fantasi ini, ia ingat bagaimana ia telah gagal untuk terhubung dengan orang Amerika Afrika dengan siapa ia telah menyerang percakapan di masa lalu.