The high prevalence of comorbidity

The high prevalence of comorbidity between drug use disorders and other mental illnesses does not mean that one caused the other, even if one appeared first. In fact, establishing causality or directionality is difficult for several reasons. Diagnosis of a mental disorder may not occur until symptoms have progressed to a specified level (per DSM); however, subclinical symptoms may also prompt drug use, and imperfect recollections of when drug use or abuse started can create confusion as to which came first. Still, three scenarios deserve consideration:

Results (Indonesian) 1:

Prevalensi tinggi penyerta antara obat menggunakan gangguan dan penyakit mental lainnya tidak berarti bahwa satu disebabkan yang lain, bahkan jika satu muncul pertama. Pada kenyataannya, membangun kausalitas atau directionality sulit karena beberapa alasan. Diagnosis gangguan mental mungkin tidak terjadi sampai gejala telah berkembang ke tingkat tertentu (per DSM); Namun, gejala subklinis mungkin juga meminta penggunaan narkoba, dan sempurna kenangan Kapan penggunaan obat atau penyalahgunaan mulai dapat menciptakan kebingungan yang datang pertama. Namun, tiga skenario layak pertimbangan:

Results (Indonesian) 2:

Tingginya prevalensi komorbiditas antara gangguan penggunaan narkoba dan penyakit mental lainnya tidak berarti bahwa satu menyebabkan yang lain, bahkan jika salah satu muncul pertama. Bahkan, membangun kausalitas atau directionality sulit karena beberapa alasan. Diagnosis gangguan jiwa mungkin tidak terjadi sampai gejala telah berkembang ke tingkat tertentu (per DSM); Namun, gejala subklinis mungkin juga penggunaan narkoba yang cepat, dan kenangan yang tidak sempurna ketika penggunaan narkoba atau melanggar mulai dapat membuat kebingungan untuk yang datang lebih dulu. Namun, tiga skenario layak dipertimbangkan: