the time interval between the start

the time interval between the start of grinding operation when
particles started entering into the grinder from the feed hopper
and the time when the whole sample has been reduced into fine
powder of different particle size and stored at the outlet in the collection
pan. At the end of grinding, no particle remains in the grinder
without being ground as the final powder and the rotor
becomes fully empty. This grinding time is denoted by TM in hours.
It can be seen from Fig. 8 that with the increasing MC of the fenugreek
seeds more time was needed for both the conditions of
grinding. But time taken was more for ambient grinding compared
to that for cryogenic grinding and corresponding correlations are
given in Eqs. (19) and (20) respectively. The reason could be attributed
to the fact that as the MC increases the ground powder becomes
more sticky and adheres to the rotors.
TMNG ¼ 0:267 þ 0:007MC ðR2 ¼ 0:647Þ ð19Þ
TMCG ¼ 0:186 þ 0:005MC ðR2 ¼ 0:959Þ ð20Þ
where TMNG and TMCG represents variation in the time requirement
in ambient and cryogenic grinding, respectively.

Results (Indonesian) 1:

interval waktu antara awal penggilingan operasi pada saat
partikel mulai memasuki ke dalam grinder dari hopper pakan
dan waktu ketika seluruh sampel telah dikurangi menjadi bubuk halus
ukuran partikel yang berbeda dan disimpan di outlet dalam koleksi
pan . pada akhir penggilingan, tidak ada partikel tetap dalam grinder
tanpa tanah sebagai bubuk final dan rotor
menjadi sepenuhnya kosong. ini waktu grinding dilambangkan dengan tm dalam jam.
dapat dilihat dari ara. 8 bahwa dengan mc meningkatnya fenugreek
benih lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk kedua kondisi
grinding. tapi waktu yang dibutuhkan lebih untuk ambient grinding dibandingkan
dengan yang untuk grinding cryogenic dan korelasi yang sesuai yang diberikan dalam Persamaan
. (19) dan (20) masing-masing. alasannya bisa dikaitkan
fakta bahwa sebagai mc meningkatkan bubuk tanah menjadi
lebih lengket dan mematuhi rotor.
tmng ¼ 0:267 0:007 þ mc DR2 ¼ 0:647 Þ ð19Þ
tmcg ¼ 0:186 0:005 þ mc DR2 ¼ 0 : 959Þ ð20Þ
mana tmng dan tmcg merupakan variasi dalam kebutuhan waktu
di ambien dan cryogenic grinding, masing-masing.

Results (Indonesian) 2:

interval waktu antara awal grinding operasi ketika
partikel mulai memasuki grinder dari pakan hopper
dan waktu ketika seluruh sampel telah dikurangi menjadi baik
bubuk dari ukuran partikel yang berbeda dan disimpan di outlet dalam koleksi
panci. Pada akhir penggilingan, partikel tidak tetap dalam grinder
tanpa tanah sebagai bubuk akhir dan rotor
menjadi sepenuhnya kosong. Kali ini grinding dilambangkan dengan TM dalam jam.
dapat dilihat dari 8 GB dengan MC meningkat dari fenugreek
benih lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk kedua kondisi
grinding. Tapi saat diambil lebih untuk grinding ambien dibandingkan
yang kriogenik gerinda dan sesuai korelasi adalah
diberikan dalam persamaan. (19) dan (20) masing-masing. Alasan dapat dikaitkan
fakta bahwa sebagai MC meningkat bubuk tanah menjadi
lebih lengket dan mematuhi rotor.
TMNG þ ¼ 0:267 0:007MC ðR2 ð19Þ ¼ 0:647Þ
TMCG þ ¼ 0:186 0:005MC ðR2 ð20Þ ¼ 0:959Þ
mana TMNG dan TMCG mewakili variasi dalam persyaratan waktu
ambient dan kriogenik grinding, masing-masing.