Most production forestry in Java co

Most production forestry in Java consists of the plantation production
of timber (primarily teak, Tectona grand&, mahogany, Switenia macrophylla,
and rosewood, Dalbergia). and tree resins such as rosin (from
Pinus merkusii) and copal (from Agathis spp.). The current management
system was originally established by the Dutch colonial government
in the mid to late nineteenth century, after some two centuries of
increasingly centralized controls on the natural forest and fallow agricultural
lands of the island. Most forest lands in Indonesia were declared
the property of the colonial state in 1870 as a result of the Domeinverklaring,
a decree defining and separating private and state property.
Included within the state lands were any formerly cultivated lands that
had been in fallow for more than three years. The declaration remained
effective after independence in 1945 in that the lands recognized as the
domain of the state remained the same. The Forestry Law of 1967 also
confirmed the status of certain lands as state forest lands.

Results (Indonesian) 1:

Kebanyakan produksi kehutanan di Jawa terdiri dari produksi perkebunankayu (terutama kayu jati, Tectona grand &, mahoni, Switenia macrophylla,dan kayu Sonokeling, berurat). dan resin pohon seperti damar (dariPinus merkusii) dan Kopal (dari Agathis spp.). Manajemen saat inisistem ini awalnya didirikan oleh pemerintah kolonial Belandadi pertengahan ke-akhir abad kesembilan belas, setelah beberapa dua abadsemakin terpusat kontrol pada hutan alam dan Bera pertanianTanah pulau. Sebagian kawasan hutan di Indonesia dinyatakanmilik negara kolonial tahun 1870 sebagai akibat dari Domeinverklaring,keputusan mendefinisikan dan memisahkan properti pribadi dan negara.Termasuk dalam wilayah negara yang ada sebelumnya dibudidayakan tanah yangtelah di Bera selama lebih dari tiga tahun. Deklarasi tetapefektif setelah kemerdekaan pada tahun 1945 di mana tanah diakui sebagaidomain negara tetap sama. Undang-undang kehutanan tahun 1967 jugadikonfirmasi status tanah tertentu sebagai kawasan hutan negara.

Results (Indonesian) 2:

Sebagian besar hutan produksi di Jawa terdiri dari produksi perkebunan
kayu (terutama kayu jati, Tectona besar &, mahoni, Switenia macrophylla,
dan rosewood, Dalbergia). dan resin pohon seperti damar (dari
Pinus merkusii) dan kopal (dari Agathis spp.). Manajemen saat ini
sistem awalnya didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda
pada pertengahan hingga akhir abad kesembilan belas, setelah beberapa dua abad dari
kontrol semakin terpusat pada hutan alam dan pertanian bera
tanah pulau. Sebagian besar lahan hutan di Indonesia dinyatakan
milik negara kolonial pada tahun 1870 sebagai akibat dari Domeinverklaring,
keputusan mendefinisikan dan memisahkan milik pribadi dan negara.
Termasuk dalam tanah negara yang setiap lahan yang dulunya ditanami yang
telah di bera selama lebih dari tiga tahun. Deklarasi tersebut tetap
efektif setelah kemerdekaan pada tahun 1945 di bahwa tanah diakui sebagai
domain negara tetap sama. UU Kehutanan tahun 1967 juga
menegaskan status tanah tertentu sebagai lahan hutan negara.