The fourth theme regards the greate

The fourth theme regards the greater educational situation in Japan. As opposed to the first three themes, which include elements that any teacher can practically implement, this last theme concerns a matter quite outside the hands of most language teachers. These respondents suggested that the purpose of language learning for many contexts in Japan needs to change before TBLT can be successfully implemented. In particular, they made reference to the exam-oriented goals of many language learning situations in Japan. While many teachers would agree that a focus on communicative goals, rather than discrete-item heavy tests, would be an ideal, a TBLT approach can arguably work well for exam preparation, so this should perhaps not be such an issue anyway, and there are many examples of teachers successfully using TBLT approaches for discrete item study (Finch, 2005; Harris, 2011; Hourdequin, 2009; Little & Fieldsend, 2009).

Results (Indonesian) 1:

Tema keempat menganggap situasi pendidikan besar di Jepang. Bertentangan dengan tema pertama tiga, yang mencakup unsur-unsur yang setiap guru dapat menerapkan praktis, tema ini terakhir mengenai masalah cukup luar tangan kebanyakan guru bahasa. Responden ini menyarankan bahwa tujuan belajar untuk banyak konteks di Jepang bahasa perlu mengubah sebelum TBLT dapat berhasil dilaksanakan. Khususnya, mereka membuat rujukan kepada tujuan yang berorientasi ujian bahasa banyak belajar situasi di Jepang. Sementara banyak guru akan setuju bahwa fokus pada tujuan komunikatif, daripada diskrit-item tes berat, akan ideal, pendekatan yang TBLT dapat dibilang bekerja dengan baik untuk persiapan ujian, jadi ini mungkin tidak harus menjadi masalah pokoknya, dan ada banyak contoh guru-guru yang berhasil menggunakan TBLT pendekatan untuk studi diskrit item (Finch, 2005; Harris, 2011; Hourdequin, 2009; Sedikit & Fieldsend, 2009).

Results (Indonesian) 2:

Tema keempat menganggap situasi pendidikan yang lebih besar di Jepang. Yang bertentangan dengan tiga tema pertama, yang meliputi unsur-unsur bahwa setiap guru praktis dapat menerapkan, tema terakhir ini menyangkut masalah yang cukup luar tangan guru bahasa yang paling. responden ini menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran bahasa untuk banyak konteks di Jepang perlu mengubah sebelum TBLT dapat berhasil dilaksanakan. Secara khusus, mereka membuat referensi ke tujuan ujian berorientasi banyak situasi belajar bahasa di Jepang. Sementara banyak guru akan setuju bahwa fokus pada tujuan komunikatif, bukan diskrit-item tes berat, akan menjadi ideal, pendekatan TBLT dibilang dapat bekerja dengan baik untuk persiapan ujian, jadi ini harus mungkin tidak menjadi masalah seperti pula, dan ada banyak contoh guru berhasil menggunakan TBLT pendekatan untuk studi barang diskrit (Finch, 2005; Harris, 2011; Hourdequin, 2009; sedikit & Fieldsend, 2009).