Venkatraman and Price (1990) also b

Venkatraman and Price (1990) also build on Pearson’s (1970) work to make the distinction between cognitive and sensory innovativeness: cognitive innovativeness is a ‘‘tend- ency to engage with pleasure in new experiences that stimulate thinking,’’ which may be either internal or external, whereas sensory innovativeness is ‘‘a tendency to engage with pleasure in internal experiences like fantasy, dreaming or stimulating and risky activities like ski jump- ing.’’ This latter innovativeness may be activated by stimuli, which can be internal (dreaming) as well as external (experiences).

Results (Indonesian) 1:

Venkatraman dan harga (1990) juga membangun Pearson (1970) bekerja untuk membuat perbedaan antara pola kognitif dan sensorik: pola kognitif adalah '' cenderung-ency untuk terlibat dengan kesenangan dalam pengalaman baru yang merangsang pemikiran,'' yang mungkin baik internal atau eksternal, sedangkan sensorik inovasi '' kecenderungan untuk terlibat dengan kesenangan dalam internal pengalaman seperti fantasi, bermimpi atau merangsang dan berisiko kegiatan seperti ski jump-ing.'' Inovasi terakhir ini dapat diaktifkan dengan rangsangan, yang dapat internal (bermimpi) maupun eksternal (pengalaman).

Results (Indonesian) 2:

Venkatraman dan Harga (1990) juga membangun (1970) karya Pearson untuk membuat perbedaan antara inovasi kognitif dan sensorik: inovasi kognitif adalah '' tend- ency untuk terlibat dengan kesenangan dalam pengalaman baru yang merangsang berpikir, '' yang mungkin baik internal atau eksternal, sedangkan inovasi sensorik adalah '' kecenderungan untuk terlibat dengan kesenangan dalam pengalaman internal yang seperti fantasi, bermimpi atau merangsang dan kegiatan berisiko seperti ski loncat- ing. '' inovasi terakhir ini dapat diaktifkan oleh rangsangan, yang dapat internal ( bermimpi) serta eksternal (pengalaman).