null hypothesis, H0: λ = 0, is reje

null hypothesis, H0: λ = 0, is rejected in favour of the alternative. The value of λ and the fact that it is
significantly different from zero, imply a good fit and the correctness of the specified distributional
assumption.
Moreover, the estimate of γ, which is the ratio of the variance of farm-specific technical efficiency, u, to the
total variance of output, σ2, is 0.749. This can be interpreted to mean that the differences between observed
and frontier output is dominated by technical inefficiency. Thus, about 75% of the variation in output
among the farms is due to the differences in technical efficiency. The COLS approach was tried but it
produced negative standard error for the symmetric term, vii. Since about 75% of the variation in output
among the farms is due to the differences in technical efficiency, the interpretation is that about 25% of the
variation in rice output among farms was due to random shocks outside the farmers’ control. Examples of
such random shocks include weather, topography, machine performance, bushfires and diseases as well as
statistical errors in measuring data (Aigner et al. 1977; Huang & Bagi 1984; Kalirajan & Shand 1985;
Dawson & Lingard 1989; Dawson et al., 1991 and Apezteguia & Garate 1997).

Results (Indonesian) 1:

hipotesis nol, h0: λ = 0, ditolak mendukung alternatif. nilai λ dan fakta bahwa itu adalah
signifikan berbeda dari nol, berarti cocok dan kebenaran distribusi
asumsi tertentu.
apalagi, estimasi γ, yang merupakan rasio dari varians dari pertanian spesifik teknis efisiensi, u, dengan
total varian output, σ2, adalah 0,749.ini dapat ditafsirkan bahwa perbedaan antara diamati
dan output frontier didominasi oleh inefisiensi teknis. dengan demikian, sekitar 75% dari variasi dalam output
antara peternakan adalah karena perbedaan dalam efisiensi teknis. pendekatan cols diadili tapi
dihasilkan standard error negatif untuk jangka simetris, vii. sejak sekitar 75% dari variasi dalam output
antara peternakan adalah karena perbedaan dalam efisiensi teknis, interpretasi adalah bahwa sekitar 25% dari
variasi dalam produksi beras di kalangan peternakan adalah karena guncangan acak di luar kendali petani. contoh
guncangan acak tersebut termasuk cuaca, topografi, kinerja mesin, kebakaran hutan dan penyakit serta
kesalahan statistik dalam mengukur data (Aigner et al 1977;. huang & * Bagi 1984;kalirajan & Shand 1985;
dawson & Lingard 1989;. dawson et al, 1991 dan apezteguia & Garate 1997).

Results (Indonesian) 2:

hipotesis null, H0: λ = 0, ditolak mendukung alternatif. Nilai λ dan fakta bahwa itu adalah
sangat berbeda dari nol, berarti cocok dan kebenaran yang ditentukan distribusi
asumsi.
Selain itu, perkiraan γ, yang merupakan rasio varians dari peternakan-spesifik teknis efisiensi, u, untuk
total varians output, σ2, adalah 0.749. Ini dapat ditafsirkan berarti bahwa perbedaan antara diamati
dan perbatasan output didominasi oleh inefisiensi teknis. Dengan demikian, sekitar 75% dari variasi dalam output
antara peternakan adalah karena perbedaan dalam efisiensi teknis. Pendekatan COLS mencoba tetapi
diproduksi negatif kesalahan standar untuk istilah simetris, vii. Sejak sekitar 75% dari variasi dalam output
di antara peternakan adalah karena perbedaan dalam efisiensi teknis, interpretasi adalah bahwa sekitar 25% dari
variasi dalam output beras antara peternakan adalah karena goncangan acak di luar kendali petani. Contoh
goncangan acak tersebut termasuk cuaca, topografi, kinerja mesin, kebakaran semak belukar dan penyakit serta
Statistik kesalahan dalam mengukur data (Aigner et al. 1977; Huang & Bagi 1984; Kalirajan & Shand 1985;
Dawson & Lingard 1989; Dawson et al., 1991 dan Apezteguia & Garate 1997).