Back in the 1950s, gays had to stay

Back in the 1950s, gays had to stay in the celluloid closet, Soviet Communism was a potent force, and committees hounded un-American reds from under American beds. At that time, fear of the Communist threat served to authorize equivalent invasions by various kinds of science fiction bodysnatchers and mind controllers from outer space. US politicians and filmmakers alike continue to remain comfortable with the binary divide of 'us' and 'them', but in the post-Cold War New World Order ruled by globalization, identifiable villains have been in short supply (at least before 11 September 2001).

Results (Indonesian) 1:

Kembali di tahun 1950-an, gay telah ditulis oleh pelanggan kami setelah masa inap mereka di dalam lemari seluloid, komunisme Soviet adalah kekuatan ampuh, dan Komite diburu un-Amerika merah dari bawah tempat tidur Amerika. Pada waktu itu, takut ancaman komunis disajikan untuk mengotorisasi setara invasi oleh berbagai jenis bodysnatchers fiksi dan pikiran controller dari luar angkasa. Politisi Amerika dan pembuat film yang sama terus tetap nyaman dengan membagi biner 'kami' dan 'mereka', tetapi dalam dingin pasca perang New World Order diperintah oleh globalisasi, diidentifikasi penjahat telah Singkatnya pasokan (setidaknya sebelum 11 September 2001).

Results (Indonesian) 2:

Kembali di tahun 1950-an, kaum gay harus tinggal di lemari seluloid, Soviet Komunisme adalah kekuatan ampuh, dan komite diburu merah un-Amerika dari bawah tempat tidur Amerika. Pada saat itu, takut ancaman komunis disajikan untuk mengotorisasi setara invasi oleh berbagai macam bodysnatchers fiksi ilmiah dan pengendali pikiran dari luar angkasa. politisi AS dan pembuat film sama terus tetap nyaman dengan membagi biner 'kami' dan 'mereka', tapi pasca-Perang Dingin New World Order yang diperintah oleh globalisasi, penjahat diidentifikasi telah pasokan pendek (setidaknya sebelum 11 September 2001 ).