The voluntary intake of OM and NDF

The voluntary intake of OM and NDF showed a similar pattern of differences as that of DM intake (Table III). Forages having high pH levels, such as Trichanthera and Kakawate had significantly higher voluntary intakes of OM and NDF than forages with medium and low pH contents such as Santol, Robles, Gmelina and Acacia. Again, such differences can be attributed to differences in pH contents (Williams, 2010; Solaiman, 2010) presence of secondary metabolites (Cheema et al., 2011; Makkar, 2003) and the acid or sour smell of forage with low pH (Preston and Leng, 1997).

Results (Indonesian) 1:

Asupan sukarela OM dan NDF menunjukkan pola yang sama dengan perbedaan seperti DM asupan (tabel III). Forages memiliki tingkat pH tinggi, seperti Trichanthera dan Kakawate telah secara signifikan lebih tinggi sukarela intake OM dan NDF daripada forages dengan pH rendah dan menengah isi seperti tanaman Sentul, Robles, Gmelina dan akasia. Sekali lagi, perbedaan tersebut dapat dikaitkan dengan perbedaan dalam isi pH (Williams, 2010; Solaiman, 2010) keberadaan metabolit sekunder (Cheema et al., 2011; Makkar, 2003) dan asam atau asam bau hijauan dengan pH rendah (Preston dan Leng, 1997).

Results (Indonesian) 2:

Asupan sukarela OM dan NDF menunjukkan pola yang sama perbedaan seperti yang asupan DM (Tabel III). Hijauan memiliki tingkat pH tinggi, seperti Trichanthera dan Kakawate memiliki asupan sukarela secara signifikan lebih tinggi dari OM dan NDF dari hijauan dengan isi pH menengah dan rendah seperti Kecapi, Robles, Gmelina dan Acacia. Sekali lagi, perbedaan tersebut dapat dikaitkan dengan perbedaan isi pH (Williams, 2010; Solaiman, 2010) keberadaan metabolit sekunder (Cheema et al, 2011;. Makkar, 2003) dan asam atau bau asam dari hijauan dengan pH rendah (Preston dan Leng, 1997).