Relational value chains. When produ

Relational value chains. When product specifications cannot be codified,
transactions are complex, and supplier capabilities are high, relational
value chain governance can be expected. This is because tacit knowledge
must be exchanged between buyers and sellers, and because highly competent
suppliers provide a strong motivation for lead firms to outsource
to gain access to complementary competencies. The mutual dependence
that then arises may be regulated through reputation, social and spatial
proximity, family and ethnic ties, and the like. It can also be handled
through mechanisms that impose costs on the party that breaks a contract,
as discussed in Williamson’s analysis of credible commitments
and hostages (Williamson, 1983). The exchange of complex tacit information
is most often accomplished by frequent face-to-face interaction
and governed by high levels of explicit coordination, which makes the
costs of switching to new partners high.

Results (Indonesian) 2:

Relasional rantai nilai. Ketika spesifikasi produk tidak dapat dikodifikasi,
transaksi yang kompleks, dan kemampuan pemasok yang tinggi, relasional
nilai tata kelola rantai bisa diharapkan. Hal ini karena pengetahuan tacit
harus dipertukarkan antara pembeli dan penjual, dan karena sangat kompeten
pemasok memberikan motivasi yang kuat bagi perusahaan memimpin untuk melakukan outsourcing
untuk mendapatkan akses ke kompetensi pelengkap. Saling ketergantungan
yang kemudian muncul dapat diatur melalui reputasi, sosial dan spasial
kedekatan, keluarga dan ikatan etnis, dan sejenisnya. Hal ini juga dapat ditangani
melalui mekanisme yang membebankan biaya pada pihak yang melanggar kontrak,
seperti yang dibahas dalam analisis Williamson komitmen yang kredibel
dan sandera (Williamson, 1983). Pertukaran informasi tacit kompleks
yang paling sering dilakukan dengan interaksi yang sering tatap muka
dan diatur oleh tingginya tingkat koordinasi eksplisit, yang membuat
biaya beralih ke mitra baru yang tinggi.