Rural field appraisals between 1992

Rural field appraisals between 1992 and 1999 found that civil society organizations were invited only to attend meetings, not to offer their ideas and expertise. Local officials tend to see these organizations as implementers rather than co-planners. The appraisals found “from a hopeful beginning . . . a consistent picture of moderate disenchantment with the [local development council] and a turning to other forms of participation.”43

Results (Indonesian) 1:

appraisal bidang pedesaan antara tahun 1992 dan 1999 menemukan bahwa organisasi masyarakat sipil diundang hanya untuk pertemuan hadir, tidak menawarkan ide-ide dan keahlian mereka. Pejabat lokal cenderung melihat organisasi ini sebagai pelaksana daripada co-perencana. The appraisal menemukan “dari awal penuh harapan. . . gambaran yang konsisten tentang kekecewaan moderat dengan [dewan pembangunan lokal] dan balik ke bentuk lain dari partisipasi.”43

Results (Indonesian) 2:

Penilaian Lapangan pedesaan antara 1992 dan 1999 menemukan bahwa organisasi masyarakat sipil diundang hanya untuk menghadiri pertemuan, bukan untuk menawarkan ide dan keahlian mereka. Pejabat lokal cenderung melihat organisasi ini sebagai pelaksana daripada Co-perencana. Penilaian ditemukan "dari awal yang penuh harapan... gambaran yang konsisten tentang kekecewaan moderat dengan [Dewan pengembangan lokal] dan beralih ke bentuk partisipasi lainnya. " 43