Teaching approach is important in s

Teaching approach is important in science for promoting meaningful learning and eliminating misconceptions. One such approach is the use of a conceptual change approach. Conceptual change theory states that students should become dissatisfied with their existing conditions to change their ideas (dissatisfaction), new concepts should provide better explanations (intelligibility), new concepts should propose solutions to problems (plausibility), and they must lead to new insights (fruitfulness) [9]. One of the conceptual change approaches involves the use of conceptual change text [8, 10]. The conceptual change text strategy is designed in accord with a model of conceptual change to remediate misconceptions. These texts are prepared to make students aware of the inadequacies of their existing knowledge and create conceptual conflict. In the conceptual change texts, students are asked explicitly to predict what would happen in a situation before being presented with information that demonstrates the inconsistency between common misconceptions and the scientific conceptions.The strategy is toactivate students’ misconceptions and then present students’ common misconceptions followed by evidence countering the misconceptions and to provide the explanation of the scientific conception.
The learning cycle is another instructional model based on the constructivist approach, which promotes conceptual change[11]. It is a hands-on, minds-on teaching strategy based on Piaget’s developmental model of intelligence that makes students aware of their own reasoning
by helping students reflect on their activities. Once students become aware of their own reasoning and apply new knowledge successfully, they are more effective in searching for new patterns [12]. As it was first developed by Robert Karplus, the learning cycle involved three consecutive phases known as exploration, concept introduction, and concept application [13]. As the learning cycle has been used, researched, and refined over the years, some practitioners have extended the three stages into five, known as the 5E learning cycle: Engagement, Exploration, Explanation, Extension, and Evaluation [14]. In this study, the 5E learning cycle has been chosen as an in structional tool. Regardless of the quantity of phases, every learning cycle has at its core the same inductive in structional sequence. Briefly, the learning cycle begins with the active engagement of students in investigating the natural phenomena. During exploration, the teacher acts as a facilitator, providing materials and directions, guiding the physical process of the experiment. After the exploration, the teacher promotes a discussion period in which students share their observations with classmates. This is the time in which the teacher connects student experiences to the target science concept including the identification of scientific vocabulary.Once the concept has been labeled, students engage in additional activities in which they apply their recently formed understandings to new situations [15]. Research has documented the effectiveness of this instructional model that has wide spread ap plicability to a variety of grade levels and course materials
[16,17].For example, Scharman[18] conducted a descriptive study to investigate the role of the learning cycle as a tool for identifying and addressing misconceptions. The author stressed the necessity of using minds-on as well as hands-on activities in the exploration phase. Activities de-
scribed as minds-on included the use of analogies, the formation of opinion statements, and the formation of independent decisions. Recently, Odom and Kelly [19] explored the effectiveness of concept mapping, the learning cycle, expository instruction, and a combination of concept mapping/learning cycle in promoting conceptual understanding of diffusion and osmosis. They found that the concept mapping/learning cycle and concept mapping treatment groups significantly outperformed the expository treatment group in conceptual understanding of diffusion and osmosis. Besides, research has supported the effectiveness of thelearning cycle inencouraging students to think creatively and critically, facilitating a better understanding of scientific concepts, developing positive attitudes toward science, improving science process skills, and cultivating advanced reasoning skills [13]. In an effort to promote conceptual understanding in science classrooms, the purpose of this study is to investigate the effects of three types of instruction, the 5E learning cycle method, the conceptual change text instruction method, and traditional instruction, on 8th grade students’ understanding of photosynthesis and respiration in plants. The main question is whether there are significant differences among the effects of 5 Elearning cycle method, conceptual change text instruction, and traditional instruction on students’ understanding of photosynthesis and respiration in plants when photosynthesis and respiration in plants concept pre-test scores and attitude toward science scores are controlled as covariates.

Results (Indonesian) 2:

Pendekatan mengajar penting dalam ilmu untuk mempromosikan pembelajaran bermakna dan menghilangkan kesalahpahaman. Salah satu pendekatan tersebut adalah penggunaan pendekatan perubahan konseptual. Teori perubahan konseptual menyatakan bahwa siswa harus menjadi tidak puas dengan kondisi yang ada untuk mengubah ide-ide mereka (ketidakpuasan), konsep-konsep baru harus memberikan penjelasan yang lebih baik (kejelasan), konsep-konsep baru harus mengusulkan solusi untuk masalah (masuk akal), dan mereka harus mengarah pada wawasan baru ( kesuburan) [9]. Salah satu pendekatan perubahan konseptual melibatkan penggunaan perubahan teks konseptual [8, 10]. Strategi perubahan teks konseptual dirancang sesuai dengan model perubahan konseptual untuk memulihkan kesalahpahaman. Teks-teks ini siap untuk membuat siswa sadar akan kekurangan pengetahuan yang ada dan menciptakan konflik konseptual. Dalam teks-teks perubahan konseptual, siswa diminta secara eksplisit untuk memprediksi apa yang akan terjadi dalam situasi sebelum disajikan dengan informasi yang menunjukkan inkonsistensi antara kesalahpahaman umum dan strategi conceptions.The ilmiah 'kesalahpahaman dan kemudian siswa hadir' siswa toactivate kesalahpahaman umum diikuti oleh bukti melawan kesalahpahaman dan memberikan penjelasan tentang konsepsi ilmiah.
Siklus pembelajaran model pembelajaran lain berdasarkan pendekatan konstruktivis, yang mempromosikan perubahan konseptual [11]. Ini adalah tangan-on, pikiran-strategi mengajar berdasarkan model perkembangan Piaget kecerdasan yang membuat siswa menyadari alasan mereka sendiri
dengan membantu siswa merefleksikan kegiatan mereka. Setelah siswa menjadi sadar penalaran mereka sendiri dan menerapkan pengetahuan baru berhasil, mereka lebih efektif dalam mencari pola-pola baru [12]. Seperti yang pertama kali dikembangkan oleh Robert Karplus, siklus belajar yang terlibat tiga fase berturut-turut dikenal sebagai eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep [13]. Sebagai siklus pembelajaran telah digunakan, diteliti, dan disempurnakan selama bertahun-tahun, beberapa praktisi telah menambah tiga tahap ke lima, yang dikenal sebagai siklus belajar 5E: Engagement, Exploration, Penjelasan, Ekstensi, dan Evaluasi [14]. Dalam penelitian ini, siklus belajar 5E telah dipilih sebagai alat dalam structional. Terlepas dari jumlah fase, setiap siklus belajar memiliki pada intinya induktif yang sama secara berurutan structional. Secara singkat, siklus belajar dimulai dengan keterlibatan aktif dari siswa dalam menyelidiki fenomena alam. Selama eksplorasi, guru bertindak sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan arah, membimbing proses fisik percobaan. Setelah eksplorasi, guru mempromosikan periode diskusi di mana siswa berbagi pengamatan mereka dengan teman sekelas. Ini adalah waktu di mana guru menghubungkan pengalaman siswa dengan konsep ilmu sasaran termasuk identifikasi vocabulary.Once ilmiah konsep telah diberi label, siswa terlibat dalam kegiatan tambahan di mana mereka menerapkan pemahaman mereka baru-baru ini dibentuk dengan situasi baru [15]. Penelitian telah mendokumentasikan efektivitas model ini pembelajaran yang luas telah menyebar ap plicability untuk berbagai tingkat kelas dan materi kursus
[16,17] .Sebagai contoh, Scharman [18] melakukan studi deskriptif untuk menyelidiki peran siklus belajar sebagai alat untuk mengidentifikasi dan mengatasi kesalahpahaman. Penulis menekankan perlunya menggunakan pikiran-on serta tangan-kegiatan dalam tahap eksplorasi. Kegiatan de-
jelaskan sebagai pikiran-on termasuk penggunaan analogi, pembentukan pernyataan pendapat, dan pembentukan keputusan independen. Baru-baru ini, Odom dan Kelly [19] dieksplorasi efektivitas pemetaan konsep, siklus belajar, instruksi ekspositori, dan kombinasi dari konsep siklus pemetaan / pembelajaran dalam mempromosikan pemahaman konseptual difusi dan osmosis. Mereka menemukan bahwa pemetaan konsep siklus / pembelajaran dan pengobatan pemetaan konsep kelompok secara signifikan mengungguli kelompok perlakuan ekspositori dalam pemahaman konseptual difusi dan osmosis. Selain itu, penelitian telah mendukung efektivitas thelearning siklus inencouraging siswa untuk berpikir kreatif dan kritis, memfasilitasi pemahaman yang lebih baik dari konsep-konsep ilmiah, mengembangkan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan, meningkatkan keterampilan proses sains, dan budidaya keterampilan penalaran maju [13]. Dalam upaya untuk mempromosikan pemahaman konseptual di kelas sains, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki efek dari tiga jenis instruksi, metode 5E pembelajaran siklus, metode instruksi perubahan teks konseptual, dan instruksi tradisional, pemahaman siswa kelas 8 ' fotosintesis dan respirasi pada tumbuhan. Pertanyaan utama adalah apakah ada perbedaan yang signifikan antara efek dari metode 5 Elearning siklus, instruksi teks perubahan konseptual, dan instruksi tradisional pada pemahaman siswa fotosintesis dan respirasi pada tumbuhan ketika fotosintesis dan respirasi dalam konsep tanaman skor dan sikap terhadap uji pra skor ilmu dikendalikan sebagai kovariat.